BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju maka secara tidak langsung akan menimbulkan berbagai macam dampak baik yang positif maupun yang negatif. Dampak tersebut akan mempengaruhi perilaku individu dalam kehidupan. Untuk menghindari berbagai macam dampak negatif yang ditimbulkan dari lingkungan maka individu harus berani untuk mengatakan ” tidak ” sehingga individu tersebut tidak terpengaruh oleh dampak yang negatif dan dapat melakukan sesuatu yang diinginkannya tanpa mengikuti orang lain atau lingkungan di sekitarnya. Perilaku dimana seseorang berani untuk mengatakan ” tidak ” disebut juga perilaku asertif.
Perilaku asertif berada diantara perilaku agresif dan submisif dimana perilaku asertif adalah suatu perilaku yang mampu mengatakan “ya” atau “ tidak “ sesuai dengan kondisi yang terjadi. Orang yang memiliki perilaku asertif ini cenderung dapat bekerja sama dan dapat berkembang untuk mencapai tujuan yang lebih baik. Pada perilaku ini tingkat sensitivitas yang dimiliki cukup tinggi sehingga seseorang dapat membaca situasi yang terjadi di sekililingnya, yang memudahkan individu untuk menempatkan diri dan melakukan aktivitasnya secara strategis, terarah, terkendali dan mantap (Anonim, 2008).
Perilaku asertif berarti adanya sikap tegas yang dikembangkan dalam berhubungan dengan banyak orang dalam berbagai aktivitas kehidupan. Dalam artian, seorang individu yang memiliki perilaku asertif dapat mengambil keputusan atau melakukan tindakan tertentu berdasarkan hasil pemikiran sendiri, tanpa sikap emosional, meledak-ledak, atau berperilaku buruk lainnya. Seseorang akan menegakkan kemandiriannya tanpa bermaksud menyakiti hati orang lain. Ketegasan penuh kelembutan, ketegasan tanpa arogansi, hal inilah yang disebut sebagai ciri perilaku asertif (Anonim, 2008).
Sikap asertif sebagai sarana untuk menjadikan hubungan seseorang lebih setara, untuk menghindari perasaan direndahkan yang kerap kali datang. Bilamana seseorang gagal mengekspresikan apa yang sungguh-sungguh diharapkan, sikap asertif adalah alternatif bagi ketidakberdayaan pribadi atau manipulasi (Alberti & Emmons, 2001).
Alberti dan Emmons (2001) mendefinisikan perilaku asertif sebagai sarana mempromosikan kesetaraan dalam hubungan manusia yang memungkinkan seseorang untuk bertindak menurut kepentingan individu sendiri, untuk membela diri sendiri tanpa kecemasan yang tidak semestinya, untuk mengekspresikan perasaan yang jujur dan nyaman untuk menerapkan hak-hak pribadi tanpa menyangkali hak-hak orang lain.
Dari pengertian yang telah dijelaskan di atas kelompok kami mengganggap bahwa perilaku asertif sangat penting diterapkan dalam kehidupan. Dimana setiap orang dapat mengeluarkan pendapat dan menjalani kehidupan atau apa yang diinginkannya tanpa harus merugikan orang lain. Dalam penelitian ini kami menggunakan subjek mahasiswa sebanyak 60 orang untuk melihat perilaku asertif dalam diri mereka terutama mahasiswa. Saat ini, perilaku asertif sangat penting bagi mahasiswa dalam mengembang kemampuannya baik dengan diri sendiri maupun orang lain di sekitarnya. Dengan berprilaku asertif mahasiswa akan lebih percaya diri dalam berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Perilaku asertif akan muncul apabila ada kesadaran dari individu untuk tidak megikuti apa yang tidak sesuai dengan apa yang individu inginkan sehingga individu tersebut akan melakukan segala sesuatu dengan baik karena sesuai dengan yang diharapkan oleh individu.
Riset menunjukan bahwa dengan mengembangkan kemampuan bersikap asertif untuk membela diri dan melakukan hal-hal berdasarkan inisiatif sendiri, akan mampu mengurangi stres dan meningkatkan harga diri individu sebagai sarana manusia, dapat menjadi lebih sehat, lebih berperan dalam suatu hubungan, lebih percaya diri , lebih berkemampuan, lebih spontan dalam mengekspresikan perasaan-persaan dan akan merasakan lebih dikagumi oleh orang lain (Alberti & Emmons, 2001).
Lebih jauh lagi perilaku asertif membuat seseorang merasa bertanggung jawab dan konsekuen untuk melaksanakan keputusannya sendiri., seseorang bebas mengemukakan berbagai keinginan, pendapat, gagasan, dan perasaan secara terbuka sambil tetap memperhatikan juga pendapat orang lain. Citra diri seseorang akan terlihat sebagai sosok yang berpendirian dan tidak terjebak dalam eksploitasi yang merugikan dirinya sendiri. Dengan demikian akan timbul rasa hormat dan penghargaan dari orang lain yang berpengaruh besar terhadap pemantapan eksistensi diri di tengah-tengah khalayak luas (Anonim, 2008).
BAB II
TEORI
Perilaku Asertif
Pengertian Perilaku Asertif
Dalam kehidupan sehari-hari dalam mengadakan hubungan interpersonal sesorang kadang menghadapi konflik antara keinginan atau keharusan menjaga hubungan baik dengan orang lain. Seringkali seseorang harus menahan keinginan dan kebutuhannya demi hubungan baik agar orang tidak tersinggung. Namun, jika terlalu memaksakan kehendak akan dijauhi pula oleh orang lain. Untuk itu diperlukan suatu bentuk tingkah laku interpersonal atau ketrampilan seseorang tertentu agar tetap mendapatkan hak dan keinginannya dengan tetap menghormati hak orang lain seperti yang dikemukakan oleh Wolfe (dalam Alberti & Emmons, 2002), yaitu ada tiga pendekatan luas yang mungkin terhadap tingkah laku hubungan antar pribadi. Pertama adalah hanya mempertimbangkan diri sendiri dan bersikap masa bodoh terhadap orang lain. Kedua adalah senantiasa menempatkan orang lain sebelum diri sendiri. Pendekatan ketiga adalah tindakan moderat. Individual bersangkutan menempatkan dirinya dahulu namun tetap memperhitungkan orang lain.
Sedangkan salah satu definisi yang memberikan penekanan pada hak-hak pribadi dikemukakan oleh Alberti dan Emmons (2002). Mereka mengatakan perilaku asertif mempromosikan kesetaraan dalam hubungan manusia yang memungkinkan kita untuk bertindak menurut kepentingan kita sendiri, untuk membela diri sendiri tanpa kecemasan yang tidak semestinya, untuk mengekspresikan perasaan dengan jujur dan nyaman untuk menerapkan hak-hak pribadi kita tanpa menyangkali hak-hak orang lain.
Lange dan Jakubowski (1978) mengemukakan konsep yang disebut sebagai Responsible Assertive Behavior (tingkah laku asertif yang bertanggung jawab) secara umum mereka mengemukakan bahwa tingkah laku asertif seharusnya dilakukan secara bertanggung jawab. Oleh karena itu pengekspresian diri individu seharusnya dilakukan dengan cara yang sesuai, yang melibatkan adanya penghargaan baik terhadap dirinya maupun orang lain, sehingga dapat terjalin komunikasi atau hubungan yang saling menguntungkan.
Lazarus (dalam Lange & Jakobowski, 1976) mengemukakan pula bahwa didalam konsep responsible assertive behavior, tingkah laku asertif tidak hanya mempertimbangkan ketrampilan individu untuk mengetahui bagaimana cara mengekspresikan kebituhannya, namun juga memahami kapan tingkah laku tersebut perlu untuk dilakukan.
Blomm, dkk (1975) menyatakan bahwa perilaku asertif adalah usaha individu untuk mengkomunikasikan sesuatu secara langsung dan jujur, menentukan pilihan tanpa merugikan atau dirugikan oleh orang lain. Tingkah laku asertif ini biasanya bersifat jujur, langsung, ekspresif dan meningkatkan harga diri.
Lange dan Jakobowski (1976) menyatakan bahwa perilaku asertif melibatkan usaha untuk mempertahankan hak pribadi dan mengekspresikan pikiran, perasaan dan keyakinan secara langsung, jujur, dengan cara yang sesuai yaitu dengan tidak menyakiti atau merugikan diri sendiri dan orang lain. Hal ini berarti bahwa pengekspresian pesan dilakukan tanpa adanya usaha untuk penghargaan . terdapat dua bentuk penghargaan yaitu usaha untuk menghargai diri sendiri yang menggambarkan usaha individu untuk mengedkspresikan kebutuhan dan mempertahankan haknya sekaligus adanya penghargaan terhadap kebutuhan dan hak orang lain.
Sementara itu Cawood (1997) menyatakan bahwa perilaku asertif yaitu ekspresi yang langsung, jujur, dan pada tempatnya dari pikiran, perasaan, kebutuhan, atau hak-hak seseorang tanpa kecemasan yang tidak beralasan. Langsung berarti perilaku seseorang tidak berputar-putar, pesan disampaikan dengan lugas dan wajar, serta tidak menghakimin orang lain dan memanipulasi orang lain. Jujur berarti perilaku seseorang laras, semua isyarat pesan cocok artinya kata-kata, gerak-gerik, perasaan semuanya mengatakan hal yang sama. Sedangkan pada tempatnya berarti perilaku seseorang memperhitungkan hak-hak dan perasaan-perasaan orang lain maupun dirinya sendiri, waktu dan tempatnya pun tepat.
Kemudian, seperti yang telah disinggung diatas, tingkah laku asertif didasarkan pada hak-hak seseorang yang perlu dijalankan atau dipertahankan. Hak-hak tersebut adalah :
Seseorang berhak melakukan apa saja selama tindakan tersebut tidak mengganggu orang lain atau menyakiti orang lain (Jakobowski dalam Kelley, 1979).
Seseorang berhak meminta pertolongan orang lain asalkan menyadari bahwa orang lain berhak menolak (Fensterheim & Bear, 1975).
Adakalanya dalam pergaulan hak masing – masing orang bersangkutan tidak jelas, namun seseorang berhak untuk mendiskusikan masalah tersebut dengan orang bersangkutan hingga masalahnya menjadi jelas (Fensterheim & Bear, 1975).
Seseorang berhak untuk menerima permintaan orang lain tanpa harus merasa bersalah atau mementingkan diri sendiri (Jakobowski dalam Kelley, 1979).
Seseorang berhak untuk membuat kesalahan (Jakobowski dalam Kelley, 1979).
Seseorang berhak untuk merasa bahwa kebutuhannya sama penting dengan kebutuhan orang lain (Jakobowski dalam Kelley, 1979).
Para ahli memandang tingkah laku asertif sebagai ketrampilan sosial yang dapat dipelajari. Akan tetapi tingkah laku ini belum tentu akan tampil pada situasi, munculnya tingkah laku ini tergantung pada karakteristik situasi dan individunya (Alberti & Emmons, 2001).
Jadi dapat disimpulkan bahwa tingkah laku asertif adalah kemampuan mengemukakan pendapat, perasaan, dan keyakinan yang disertai kemampuan untuk menerima pendapat, perasaan, dan keyakinan orang lain secara langsung, jujur, dan dengan cara yang sesuai yaitu dengan tidak menyakiti atau merugikan orang lain maupun diri sendiri.
Komponen Tingkah Laku Asertif
Pengamatan sistematis terhadap perilaku yang asertif telah menuntun para ilmuwan perilaku untuk menyimpulkan sejumlah komponen penting yang menimbulkan tindakan yang asertif. Alberti dan Emmons (2002) mengidentifikasikan 11 komponen utama dalam berperilaku asertif, yaitu :
Kontak Mata (Eye Contact)
Salah satu aspek perilaku paling nyata bilamana berbicara dengan orang lain adalah kemana seseorang melihat. Pada dasarnya apabila seseorang menatap langsung lawan bicara, itu akan membantu mengomunikasikan ketulusan seseorang sekaligus meningkatkan pesan yang ingindismapaikan. Kontak mata dapat ditingkatkan lewat upaya yang sadar dalam langkah-langkah kecil.
Sikap Tubuh (Body Posture)
Dalam situasi dimana seseorang terpanggil untuk membela diri sendiri, boleh jadi berguna untuk melakukan sesuatu dengan cara berdiri. Sikap tubuh yang aktif dan tegak, selagi menghadapi orang lain secara langsung memberikan keasertifan tambahan bagi pesan orang tersebut. Sikap berdiri yang agak membungkuk dan pasif serta merta akan menguntungkan orang lain.
Jarak atau Kontak Fisik (Distance or Physical Contact)
Jarak antara seseorang dengan orang lain memiliki dampak yang cukup besar dalam komunikasi. Berdiri atau duduk sangat dekat, atau bahkan menyentuh, menyatakan keintiman dalam sebuah hubungan kecuali jika berada di dalam kerumunan orang atau tempat yang penuh sesak.
Isyarat (Gestures)
Mengaksentuasikan pesan dengan isyarat yang pantas dapat menambah ketegasan, keterbukaan, dan kehangantan. Sekalipun berisyarat memang perilaku yang terkait dengan kultural, penggunaan isyarat yang santai dapat menambah kedalaman atau kekuatan dari pesan-pesan yang akan disampaikan.
Ekspresi Wajah (Facial Expression)
Penyampaian pesan akan lebih optimal jika disertai dengan ekspresi wajah terhadap pesan tersebut. Seseorang dapat mengekspresikan berbagai pesan dengan ekpresi wajah yang berbeda-beda. Komunikasi yang bersahabat seharusnya jangan disampaikan dengan kerutan kening, sedangkan pesan yang marah terdengar jelas ketika disampaikan dengan mimik yang langsung dan tidak disertai senyuman.
Nada, Modulasi, dan Volume Suara (Voice tone, Inflection, and Volume)
Suara adalah salah satu komponen perilaku termudah dimana seseorang dapat memperoleh umpan balik yang akurat. Kini orang dapat dengan mudah merekam suara dalam kaset yang dapat digunakan untuk “ mencoba “ deragam gaya dari suara. Seseorang diperbolehkan bereksperimen dengan nada pembicaraan, teriakan ledakan, amarah, pesan yang peduli, atau argument yang membujuk. Ada tiga dimensi suara menurut Alberti dan Emmons (2001) antara lain adalah :
Nada, apakah nada suara serak-serak basah, merenggek, lembut membujuk, ataukah marah.
Modulasi, apakah seseorang menekankan suku kata tertentu, seperti dalam pertanyaan atau berbicara dalam satu nada, atau dengan efek yang mengalun seperti sebuah nyanyian.
Volume, apakah seseorang mencoba untuk mendapatkan perhatian dengan bisikan atau untuk menguasai orang lain dengan suara keras, atau berteriak
Kefasihan (Fluency)
Psikiater Serber (dalam Alberti dan Emmons, 2002) meminta kepada klienya untuk berbicara dengan nada membujuk tentang seseuatu barang dalam waktu selama 30 detik. Bagi kebanyakan orang, sulit sekali untuk memadukan rangkaian kata-kata yang berlangsung selama 30 detik. Hal ini dapat disimpulakan bahwa keasertifan tidak bergantung pada kata-kata yang muluk.
Penetapan Waktu (Timing)
Spontanitas sangat dianjuurkan apabila seseorang ingin berperilaku asertif, namun dalam hal ini keraguan akan mungkin menghilangkan keefektifan pernyataan seseorang, perlu dipahami bahwa tidak ada kata terlambat bagi seseorang untuk berperilaku asertif. Kalimat yang asertif akan membantu seseorang agar kehidupannya menjadi jelas dan akan membantu seseorang untuk memfokuskan secara akurat perasaan yang ia rasakan pada saat itu.
Mendengarkan (Listening)
Komponen ini boleh jadi adalah komponen yang tersulit diantara komponen yang telah disebutkan diatas. Mendengarkan secara asertif melibatkan keseluruhan komitment kepada orang lain. Mendengar bukan saja sekedar tangggapan fisik atas suara yang terdengar, mendengarkan secara efektif akan menghasilkan umpan balik untuk orang lain. Mendengaerkan secara asertif setidaknya membutuhkan tiga unsure yaitu:
Menyelaraskan dengan orang lain, hal ini dapat dilakukan dengan menghentikan aktivitas-aktivitas lain, mengabaikan pengalihan perhatian lain, dan memusatkan energi yang searah dengannya.
Memperhatikan pesannya, dengan membuat kontak mata, mengangguk untuk menunjukan bahwa seseorang mendengar apa yang dikatakan orang lain, dan bisa juga seseorang menyentuh lawan bicaranya.
Secara aktif berupaya untuk memahami sebelum menanggapi. Dengan cara memikirkan pesan utama yang ingin disampaikan, perasaan yang menyertai, dan mencoba untuk menginterpretasikan atau memunculkan jawaban.
Sikap asertif atau keasertifan meliputi penghormatan terhadap hak dan perasaan orang lain. Itu berarti penerimaan yang asertif, sensitivitas terhadap orang lain maupun pengiriman yang asertif.
Pemikiran (Though)
Komponen keasertifan lainnya yang luput dari pengamatan lansung adalah proses pemikiran. Pemikiran mungkin adalah hal paling kompleks yang dilakukan oleh kita semua sebagai manusia. Pemikiran melibatkan dimensi-dimensi kognitif dari perilaku.
Isi (Content )
Psikolog Cooley dan Hollansworth (dalam Alberti dan Emmons, 2002) menyimpulkan sebuah model bagi kalimat yang asertif, yang memadukan tujuh unsure yang dikelompokan ke dalam tiga kategori umum. Mereka menyatakan bahwa mengatakan “ tidak ”atau mengambil sikap meliputi menyatakan posisi seseorang. Sikap asertif tidak tergantung pada kata-kata yang muluk, namun beberapa orang tampaknya memiliki kesulitan untuk menemukan “ kata-kata yang tepat”.
Keseluruhan komponen yang telah disebutkan diatas dapat mempengeruhi perilaku asertif dan menyertai serta selalu menjadi pertimbangan dalam berperilaku asertif.
Jenis - Jenis Perilaku Asertif
Lange dan Jakobowski (1978) menyatakan ada beberapa tipe tingkah laku asertif, yaitu :
Basic Assertion
Basic assertion mengacu pada ekspresi penghargaan secara sederhana terhadap hak, keyakinan, perasaan atau opini individu. Dalam hal ini tidak melibatkan keterampilan sosial yang lain sepeti empati, konfrontasi, atau persuasi. Misalkan ketika diinterupsi, pada saat kita merasa tidak siap ketika ditanya sesuatu yang penting, atau ketika menolak permintaan.
Selain itu, basic assertion juga melibatkan pengekspresian perasaan dan penghargaan terhadap orang lain, seperti mengatakan “ saya suka kamu peduli sama saya”, “saya merasa senang punya teman seperti kamu “ atau “ kamu adalah seseorang yang istimewa buat saya”.
Emphathic Assertion
Bentuk ini dilakukan jika seseorang ingin untuk melakukan sesuatu yang lebih daripada sekedar mengekspresikan perasaan atau kebutuhan mereka secara sederhana. Individu menyampaikan pernyataan yang menunjukan adanya pemahaman akan situasi atau perasaan orang lain dan diikuti dengan pernyataan lain yang menunjukan usaha mempertahankan hak pribadi yang bersangkutan.
Dalam emphatic assertion, terdapat adanya kekuatan personal karena orang lain biasanya akan lebih mudak untuk merespon ketika mereka merasa dipahami. Namun demikian, respek terhadap orang lain tersebut harus dilakukan dengan tulus dan kekuatan ini seharusnya tidak digunakan untuk memanipulasi. Misalnya “ saya tahu anda sibuk dengan urusan rumah tangga, tetapi tugas anda mesti diselesaikan agar tugas kelompok kita bisa dikumpulkan tepat waktu”.
Escalating Assertion
Rimm dan Master (dalam Lange & Jakobowski, 1976) menyatakan bahwa escalating assertion dimulai dengan respon asertif minimal yang biasanya dapat mencapai tujuan dengan emosi negative dann usaha minimum serta kemungkinan konsekuensi negatif yang kecil. Ketika orang lain tidak merespon dan terus melanggar hak pribadi, individu secara bertahap meningkatkan tingkah laku asertifnya tanpa menjadi agresif. Bentuk escalating assertion dapat berupa permintaan sampai tuntutan, mulai dari empathic assertion sampai basic assertion yang tegas.
Confrontative Assertion
Bentuk ini digunakan ketika kata-kata seseorang bersifat kontradiktif dengan perbuatanya. Tipe ini meliputi penggambaran secara objektif mengenai apa yang telah dikatakan seseorang, yang sebenarnya telah dilakukan dan apa yang diinginkan.
Confrontative Assertion ini berbeda dengan aggressive confrontative yang bersifat munuduh atau menghakimi orang lain daripada menggambarkan tingkah lakunya, dan mencoba untuk membuat orang lain merasa bersalah.
I Language Assertion
I Language terutama berguna untuk orang–orang dalam me ngekspresikan perasaan-perasaan negatif. Prinsip-prinsip dalam I-Language dapat membantu individu mempelajari bagaimana menentukan perasaan mereka.
I Language Assertion yang berdasarkan konsep Thomas Gordon ini meliputi empat bentuk pernyataan yaitu ketika seseorang menggambarkan tingkah laku orang lain, menggambarkan tingkah laku orang lain secara nyata , mempengaruhi perasaan atau kehidupannya, menggambarkan perasaan dan menggambarkan apa yang diinginkan . kata- kata yang dapat digunakan seperti “ saya merasa…” atau “ saya ingin…”.
Ciri – Ciri Perilaku Asertif
Lange dan Jakowbowski (1978) mengemukakan lima ciri-ciri individu dengan perilaku asertif. Ciri-ciri yang dimaksud adalah :
Menghormati hak orang lain dan dri sendiri
Menghormati hak orang lain berarti menghormati hak-hak yang mereka miliki, tetapi tidak berarti menyerah atau selalu menyetujui apa yang diinginkan orang lain. Artinya, individu tidak harus menurut dan takut mengungkapkan pendapatnya kepada seseorang karena orang tersebut lebih tua dari dirinya atau memiliki kedudukan yang lebih tinggi.
Berani mengemukakan pendapat yang lebih tinggi
Perilaku asertif memungkinkan individu mengkomunikasikan perasaan, pikiran, dan kebutuhan lainnya secara jujur dan langsung.
Kejujuran
Bertindak jujur berarti mengekspresikan diri secara tepat agar dapat mengkomunikasikan perasaan, pendapat, atau pilihan tanpa merugikan diri sendiri atau orang lain.
Memperhatikan situasi dan kondisi
Semua jenis komunikasi melibatkan setidaknya dua orang dan terjadi dalam konteks tertentu. Dalam bertindak asertif, seseorang harus dapat memperhatikan lokasi, waktu, frekuensi, intensitas komunikasi dan kualitas hubungan.
Bahasa tubuh
Dalam bertindak asertif yang terpenting bukanlah apa yang dikatakan tetapi bagaimana menyatakannya. Bahasa tubuh yang menghambat komunikasi misalnya : jarang tersenyum, terlihat kaku, menerutkan muka, berbicara kaku, bibir terkatup rapat, mendominasi pembicaraan, tidak berani melakukan kontak mata dan nada bicara tidak tepat.
Selain ciri-ciri yang telah disebutkan diatas, juga terdapat beberapa karakteristik seseorang berperilaku asertif, seperti yang dikemukakan oleh Fensterheims dan Baer (1995) yaitu sebagai berikut :
Individu merasa bebas untuk mengungkapkan dirinya. Melalui kata-kata dan tindakan individu membuat pernyataan seperti “ Inilah saya, inilah apa yang saya rasakan, pikirkan dan inginkan “.
Individu dapat berkomunaikasi dengan bermacam-macam orang sekalipun dengan orang yang tidak dikenalnya, teman, keluarga, komunikasi ini selalu terbuka, langsung, dan tepat.
Individu memiliki orientasi yang aktif terhadap kehidupan. Individu mengejar apa yang ia inginkan. Berlawanan dengan orang yang pasif yang akan menunggu seseuatu terjadi. Individu mencoba membuat sesuatu terjadi.
Individu bertindak dengan cara yang dihargainya. Menyadari bahwa individu tidak mungkin selalu berhasil, menerima keterbatasan-keterbatasannya. Namun selalu berusaha sebaik-baiknya sehingga berhasil atau tidak tetap menghargai dirinya sendiri.
Dalam situasi mendesak individu mampu menampilkan tingkah laku interpersonal yang efektif sehingga dapat mengajukan permintaan dan menolak bantuan yang tidak sesuai.
Cakupan Tingkah Laku Asertif
Ruthus (dalam Walker, 1981) menyatakan ada 10 macam tingkah laku yang dapat digolongkan sebagai tingkah laku asertif. Ke sepuluh tingkah laku tersebut adalah adalah :
Bicara asertif
Tingkah laku ini terbagi dua ; yang pertama adalah “ rectifying statement “ mengemukakan hak-hak atau berusaha mencapai yaitu mengemukakan hak-hak atau berusaha mencapai tujuan tertentu dalam situasi; yang kedua adalah “ commendatory statement “ yaitu memberikan pujian untuk menghargai tingkah laku seseorang dan memberi umpan balik positif.
Pengungkapan perasaan-perasaan
Mengungkapkan perasaan-perasaan kepada orang lain. Persaan ini diungkpakan dengan tingkat spontanitas yang tidak berlebihan, karena spontanitas yang berlebihan dapat menimbulkan masalah.
Menyapa atau memberi salam pada orang lain.
Menyapa atau memberi salam pada orang-orang yang ditemui termasuk orang yang baru dikenal, dan membuka percakapan.
Ketidaksepakatan
Menampilkan cara yang efektif dan jujur untuk menyatakan rasa tidak setuju; tidak langsung mengatakan “ ya “ atau mengambil sikap bermusuhan.
Menanyakan alasan
Menanyakan alasannya bila diminta untuk melakukan sesuatu, tidak langsung menyanggupi atau menolak begitu saja.
Berbicara mengenai diri sendiri
Membicarakan diri sendiri atau pengalaman-pengalamnnya dalam cara yang menarik, merasa yakin bahwa orang akan lebih berespon terhadap tingkah lakunya ini daripada tingkah laku menjauh atau menarik diri.
Menghargai pujian dari orang lain
Menerima pujian darin orang lain dengan cara yang sesuai, misalnya dengan mengucapkan “ Terimakasih “ atau membalas pujiannya.
Menolak untuk menerima begitu saja pendapat orang yang suka mendebat.
Mengakhiri percakapan yang berbelit-belit dengan orang yang memeksakan pendapatnya. Misalnya dengan orang yang mengatakan “ Maaf, saya rasa kita dapat melanjutkan percakapan ini di lain waktu, tapi saya yakin saya tidak akan merubah pendapat saya “.
Menatap mata lawan bicara.
Ketika berbicara atau diajak bicara menatap mata lawan bicara.
Respon melawan rasa takut
Menampilkan tingkah laku yang biasannya memancing rasa cemas, terutama kecemasan sosial.
Docker (dalam Hastuti, 2008) berpendapat dalam membangun perilaku asertif terdapat beberapa pendapatan yang dapat ditempuh. Salah satunya adalah formula 3 A, yang terangkai dari tiga kata yaitu Appreception, Acceptance, Accomodating. Dimana definisi dari ketiga hal di atas adalah :
Appreception berarti menunjukan penghargaan terhadap kehadiran orang lain, dan tetap memberikan perhatian sampai pada batas-batas tertentu atas apa yang terjadi pada pada diri mereka.
Acceptance adalah perasaan mau menerima, memberikan arti sangat positif terhadap perkembangan kepribadian seseorang, yaitu menjadi pribadi yang terbuka dan dapat menerima orang lain sebagaimana keberadaan diri mereka masing-masing. Dalam hal ini seseorang tidak memilki tuntutan berlebihan terhadap perubahan sikap atau perilaku orang lain (kecuali yang negatif).
Accommodating adalah menunjukan sikap ramah kepada semua tanpa terkecuali, merupakan perilaku yang sangat positif. Keramahan senantiasa memberikan kesan positif dan menyenangkan kepada semua orang yang dijumpai. Hal ini penting sekali untuk diperhatikan agar seseorang mampu menempatkan diri secara benar di tengah khalayak luas, sekaligus membina saling pengertian dengan banyak orang.
Formula 3A merupakan pedoman untuk memperlihatkan asertivitas berdasarkan empati dalam rangka membina hubungan baik dengan banyak orang, dengan asumsi bahwa orang lain pun mempunyai hak dan kesempatan yang sama dengan orang lain.Asertivitas harus didukung oleh kemampuan untuk berargumentasi secara logis dan konstruktif, yaitu bahwa ia mampu menjalankan plihannya secara konsekuen dan bertanggung jawab. Bagi seseorang yang merasa perlu tampil secara asertif diharapkan dapat mengevaluasi diri dengan berpatokan pada formula 3A yang telah dikemukakan di atas.
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Asertif
Menurut Ruthus dan Nevid (1983), terdapat enam faktor yang mempengaruhi perilaku asertif, yaitu :
Jenis Kelamin
Wanita pada umumnya lebih sulit bersikap asertif seperti mengungkapkan perasaan dan pikiran dibandingkan dengan laki-laki.
Keyakinan Diri
Keyakinan seseorang turut mempengaruhi kemampuan untuk melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan. Orang yang memiliki keyakinan diri yang tinggi memiliki kekuatiran sosial yang rendah sehingga mampu mengungkapkan pendapat dan perasaan tanpa merugikan orang lain dan diri sendiri.
Kebudayaan
Tuntutan lingkungan menentukan batas-batas perilaku, dimana batas-batas perilaku itu sesuai dengan usia, jenis kelamin dan status sosial seseorang.
Tingkat Pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin luas wawasan berpikir sehingga memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri dengan lebih terbuka.
Tipe Kepribadian
Dalam situasi yang tidak sama, tidak semua individu memberikan respon yang sama. Hal ini dipengaruhi oleh tipe kepribadian, seseorang akan bertingkah laku berbeda dengan individu kepribadian lain.
Situasi tertentu lingkungan sekitarnya
Dalam berperilaku, seseorang akan melihat kondisi dan situasi dalam arti luas, misalnya posisi kerja antara atasan dan bawahan. Situasi dalam kehidupan tertentu akan dikhawatirkanm menunggu.
Perbedaan Perilaku Asertif, Agresif, dan Submisif
Seringkali seseorang memiliki pemahaman yang kabur atau tidak jelas tentang perbedaan perilaku asertif, agresif, dan submisif. Secara umum, pengertian ketiga bentuk tingkah laku tersebut menurut Lange dan Jakubowski (1976) adalah sebagai berikut :
Tingkah laku asertif
Adalah usaha seseorang untuk mengemukakan pikiran, perasaan dan pendapat secara langsung, jujur, dan dengan cara yang sesuai yaitu tidak menyakiti atau merugikan orang lain.
Pengekpresian dari tingkah laku asertif ini dilakukan tanpa adanya usaha untuk mendominasi , menghina atau merendahkan orang lain. Terdapat dua unsur penting dalam tingkah laku asertif ini yaitu unsur penghargaan dimana individu menghargai diri sendiri yang menggambarkan usaha individu untuk mengemukakan kebutuhan sekaligus adannya unsur penghargaan terhadap kebutuhan orang lain.
Tingkah laku agresif
Adalah suatu usaha seseorang untuk mengemukakan pendapat, pikiran, dan perasaannya secara langsung namun dengan cara yang kurang jujur dan tidak sesuai yaitu dengan menyakiti atau merugikan orang lain.
Tujuan utama dari tingkah laku agresi ini adalah kenginan untuk mendominasi dan memenangkan, atau mengalahkan orang lain. Kemenangan tersebut diperoleh dengan cara menghina, menurunkan harga diri , meremehkan orang lain sehingga membuat orang lain tersebut menjadi lemah dan kurang bisa mengemukakan dan mempertahankan kebutuhannya.
Tingkah laku submisif
Adalah ketidakmampuan seseorang untuk mengemukakan pendapat, pikiran, dan perasaan secara jujur dan membiarkan orang lain menyakiti atau merugikan dirinya.
Perilaku submisif melihat suatu pikiran atau mengemukakan perasaan dengan cara meminta maaf, malu-malu atau merendahkan diri sendiri sehingga membuat orang lain dengan mudah mengabaikan dirinya, serta penghargaan yang kurang pada seseorang terhadap dirinya sendiri.
Kelley (1979) menjelaskan 3 macam respon yang membedakan orang yang asertif , agresif, dan submisif. Ketiga respon tersebut menyangkut emosi, tingkah laku non verbal, dan bahasa verbal.
Emosi
Respon yang submisif cenderung memendam perasaan dan ketegangan dan mengalami emosi-emosi seperti takut, cemas, rasa bersalah, tertekan, lelah atau gugup. Perasaannya tidak diungkapkan secara verbal.
Pada respon yang agresif ketegangan diungkapkan keluar, walaupun mingkin juga mengalami rasa takut, cemas, atau terluka dan perasaan-perasaan ini ditutupi dengan “secondary emotion” seperti marah. Emosi biasanya diungkapkan melalui rasa marah yang tidak pada tempatnya, benci atau rasa bermusuhan.
Orang yang berespon secara asertif menyadari dan menangani perasaan-perasaanya. Tidak menyangkal haknya untuk menjadi emosional tetapi juga tidak menyangkal hak orang lain. Ketegangannya dijaga berada dalam situasi normal. Lazarus (dalam Fensterheim & Bear, 1995) juga menyatakan bahwa seseorang yang asertif mamiliki kemampuan untuk mengekspresikan perasaan positif dan negative yang tengah dialaminya.
Tingkah laku non verbal
Respon submisif bersifat menghambat diri dan dependen, “menghindar “ dari sebuah situasi yang dihadapi. Respon ini mungkin diikuti oleh tatapan mata kebawah, sikap tubuh membungkuk, nada suara yang ragu-ragu atau tersendat-sendat.
Pada respon agresif tingkah laku nonverbal bersifat “ moving against ” terhadap suatu situasi, menghambat orang lain dan counterdependent. Respon ini diungkapkan melalui pandangan mata melotot, mencondongkan badan ke depan, menunjuk dengan jari, atau nada suara yang tinggi dan angkuh.
Sedangkan respon asertif, seseorang menghadapi situasi tersebut dan menampilkan pendekatan yang memungkinkannya untuk mempertahankan dirin dalam cara mandiri atau saling ketergantungan. Dalam respon ini tercipta kontak mata, posisi berdiri yang nyaman dengan kedua lengan terletak di sisi badan, dan nada suara mantap. Lazarus (dalam Fensterheim & Bear, 1995) menyatakan bahwa seseorang yang asertif memiliki kemampuan untuk meminta bantuan atau mengajukan suatu permintaan dan mampu untuk mengambil inisiatif atas tindakan yang dilakukan tanpa dipengaruhi oleh orang lain.
Bahasa verbal
Respon yang submisif mencakup kata-kata seperti : “ mungkin, saya kira, apakah akan sangat berkeberatan, hanya, saya tidak bisa, ah tidak penting kok, jangan repot-repot “.
Kata-kata agresif mencakup ancaman : “ anda lebih baik, bila anda tidak hati-hati “ ; meremehkan : “ masa iya “ ; menilai “ seharusnya tidak baik “.
Kata-kata asertif mencakup pernyataan “ Saya “ : Saya pikir, saya rasa, saya ingin “ : kata-kata kerjasama: “ mari, bagaimana kita dapat memecahkan hal ini “ dan “ pernyataan empati “ bagaimana pendapat anda, apa pandangan anda ”. Lazarus (dalam Fensterhem & Bear, 1995) juga menyatakan bahwa seseorang yang memiliki sikap asertif memiliki kemampuan untuk bicara tidak, dan kemampuan untuk melanjutkan serta mempertahankan pembicaraan interaksi dengan orang lain.
Konsekuensi Perilaku Asertif , Agresif, dan Submisif
Perilaku asertif merupakan hal yang diperlukan sehingga untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Namun, merupakan hal yang penting pula untuk mengetahui konsekuensi dari perilaku asertif berikut perilaku agresif dan perilaku pasif sebagai pembanding. Dari perbadingan tersebut akan terlihat bahwa secara umum perilaku asertif memberikan keuntungan sedangkan perilaku agresif dan perilaku pasif tidak demikian. Perilaku agresif dan pasif dapat efektif dalam memperoleh apa yang kita inginkan khususnya untuk jangka waktu yang relatif singkat. Sedangkan kemungkinan diperolehnya keinginan dalam jangka waktu yang panjang akan lebih besar jika kita menggunakan perilaku asertif.
Selain konsekuensi yang telah sedikit dibahas di atas, konsekuensi sosial merupakan hal yang lebih penting. Menurut Beddel dan Lennox (1997), konsekuensi dari pola komunikasi yang digunakan akan mempengaruhi keinginan dan harapan orang yang berkomunikasi (cara berfikir), perasaan serta perilaku yang akan datang baik dari orang yang berkomunikasi (communicator) dan orang yang diajak berkomunikasi (recipients). Oleh karena itu, Beddel dan Lennox (1997) membagi konsekuensi yang akan muncul dari ketiga perilaku tersebut dalam empat aspek yaitu : social, kognitif, afektif, dan perilaku (behavioral) yang akan dijabarkan dalam tabel 3 berikut ini :
Tabel 3
Konsekuensi Perilaku Asertif, Agresif, dan Submisif
KONSEKUENSI PERILAKU ASERTIF PERILAKU AGRESIF PERILAKU SUBMISIF
Konsekuensi Sosial Orang lain akan senang karena keinginan mereka dipertimbangkan. Orang lain akan marah karena kenginan mereka tidak dipertimbangkan. Orang lain akan merasa senang karena keinginannya dipertimbangkan.
Orang lain akan memandang saya dengan rasa hormat.
Orang lain akan termotivasi untuk memperlakukan saya dengan cara yang sama.
Orang lain akan meminta saya menjadi temannya. Orang lain akan melihat saya dengan perasaan takut.
Orang lain akan termotivasi untuk memperlakukan saya dengan cara yang sama.
Orang lain akan menghindar dan tidak ingin menjadi teman atau ditemani oleh saya. Orang lain tidak terlalu memandang saya dengan rasa hormat
Orang lain akan mempercayai saya orang jujur.
Orang lain akan memperlakukan saya seperti “pengesat kaki”.
Konsekuensi Kognitif Saya berpikir dunia akan ramah pada saya.
Saya berfikir orang lain akan membantu saya dengan menghormati keinginan saya.
Saya berfikir keinginan saya akan terpenuhi.
Saya berfikir bahwa saya memilki control terhadap lingkungan saya.
Saya berharap dapat mencapai tujuan saya Saya berfikir bahwa dunia itu tidak ramah kepada saya.
Saya berfikir orang lain akan menghalangi keinginan saya atau mengambil keuntungan.
Saya berfikir keinginan saya akan terpenuhi.
Saya berfikir baahwa saya harus dapat mengontrol lingkungan saya.
Saya berharap dapat mencapai tujuan saya. Saya berfikir bahwa dunia itu tidak ramah kepada saya.
Saya berfikir bahwa orang lain tidak tertarik pada keinginan saya.
Saya berfikir bahwa keinginan saya tidak akan terpenuhi.
Saya berfikir bahwa orang lain mengontrol lingkungan saya.
Saya tidak berharap untuk mencapai tujuan saya.
Konsekuensi Perasaan Rasa bahagia. Rasa takut, rasa marah. Rasa takut, rasa marah, rasa sedih.
Konsekuensi Tingkah Laku Pendekatan yang positif. Pendekatan yang negatif. Menghindar, pendekatan yang negatif atau tidak menyenangkan.
Dikutip dari “Handbook for Communication and Problem Solving Skills Training : A Cognitive Behavioral Approach “ oleh Beddel & Lennox, 1997
Setiap konsekuensi dari ketiga perilaku tersebut tidak selalu muncul secara spesifik, namun konsekuensi-konsekuensi tersebut merupakan hal yang paling memungkinkan untuk muncul (Beddel & Lennox, 1997). Dalam tabel 3 kita dapat melihat bahwa individu yang agresif dan pasif terperangkap dalam lingkungan reinforcement yang sifatnya sementara disertai dengan pengucilan dari orang lain yang sifatmya jangka panjang (Beddel & Lennox, 1997). Namun, apa yang telah dijabarkan sebelumnya tidak muncul tanpa kecuali karena seperti yang kita ketahui bahwa perilaku menusia dan interaksi social merupakan hal yang kompleks dan terlalu rumit untuk diprediksi. Perilaku asertif memang jauh lebih menguntungkan daripada perilaku agresif dan perilaku pasif. Sehingga merupakan hal yang baik apabila seseorang menggunakan perilaku asertif sebagai salah satu keterampilan social yang perlu dimiliki.
Dari konsekuensi yang telah ditimbulkan dari suatu perilaku, maka dapat pula dilihat alasan mengapa individu enggan untuk berperilaku asertif maupun memilih untuk berperilaku asertif.
Kelley (1979) mengemukakan alasan-alasan mengapa seseorang memilih untuk bertindak asertif atau tidak bertindak asertif. Alasan – alasan mengapa seseorang memilih untuk tidak asertif adalah :
Resiko yang akan timbul terlalu besar.
Tidak cukup berguna untuk bertindak asertif.
Akibat yang ditimbulkan terhadap orang lain lebih besar daripada keuntungan dari bertindak asertif bagi diri sendiri.
Orang lain sudah mengubah tingkah lakunya atau situasi dengan tepat.
Sedangkan alasan-alasan mengapa seseorang memilih untuk bertindak asertif adalah karena tingkah laku asertif :
Bersifat menghargai kedua belah pihak.
Menimbulkan persaaan yang lebih baik bagi kedua belah pihak.
Memberikan perasaan bahwa ia dapat mengendalikan tingkah lakunya.
Biasanya lebih berhasil daripada non asertif atau agresif, dan orang lebih menyukai hasil “ menang-menang”.
Lebih memberikan kebebasan, tanggung jawab, dan kekuatan untuk memilih.
Meningkatkan ketenangan.
Membantu seseorang mengkomunikasikan apa yang dirasakannya, dipikirkannya, dan diinginkan.
Membantu seseorang untuk membuat orang lain mengetahui dirinya yang sebenarnya dan ia mengetahui orang lain.
Manfaat Perilaku Asertif
Cawood (1997) menjelaskan bahwa ketrampilan bertingkah laku asertif akan membantu individu untuk memperoleh tujuan utama dan memecahkan masalah yang nyata daripada hanya menciptakan kembali frustasi-frustasi masa lalu. Ketrampilan itu juga akan menghambat komunikasi dengan orang lain. Hasil positif yang akan diperoleh dengan bertingkah laku asetif adalah :
Dampak yang nyata
Dampak dari perilaku asertif sangat nyata. Seseorang akan berurusan dengan pikiran yang nyata, perasaan nyata, dan kebutuhan nyata untuk memecahkan masalah yang nyata. Individu akan memusatkan diri pada masalah masa kini, proses masa kini dan tidak terkekang oleh berbagai kekhawatiran masa lampau atau tidak terintimidasi oleh keprihatinan masa mendatang
Kepercayaan diri yang meningkat
Individu adalah hakim dari tindakan-tindakannya sendiri. Pilihan individu untuk menegakkan hak-hak, pikiran, dan perasaannya meningkatkan penghargaan diri serta tingkat kepercayaan diri individu tersebut. Hal ini akan memperkecil kebutuhan akan persetujuan orang lain. Dengan demikian kerentaan dan rasa tidak aman menjadi berkurang, seseorang akan menjadi lebih kreatif dan lebih terbuka terhadap usaha mengambil resiko.
Hubungan yang diperkaya
Individu yang memiliki perilaku asertif akan menbangun pondasi sikap saling mempercayai dan saling menghormati dengan orang lain. Kepercayaan didasarkan antara lain pada pengalaman bekerja bersama dan pada kemampuan mengelola konflik. Ketrampilan asertif memperhatikan sumbangan besar pada kedua belah pihak. Seseorang memiliki keberanian dan kompetensi untuk mengawali kegiatan-kegiatan dan untuk mengatasi kesulitan bersama orang lain.
BAB III
ITEM AWAL
A. Menghormati hak orang lain dan diri sendiri
1. (+) Saya menghormati pendapat orang lain.
2. (-) Saya kurang bisa menghormati pendapat orang lain.
3. (+) Saya peduli terhadap hak-hak orang lain.
4. (-) Saya tidak peduli terhadap hak-hak orang lain.
5. (+) Saya selalu setuju apapun pendapat orang lain.
6. (-) Saya kurang setuju apapun pendapat orang lain.
7. (+) Walau bagai manapun menghormati hak-hak orang lain penting bagi saya.
8. (-) Walau bagai manapun menghormati hak-hak orang lain kurang penting bagi saya.
9. (+) Saya menyetujui apapun yang diinginkan orang lain.
10. (-) Saya tidak menyetujui apapun yang diinginkan orang lain.
B. Berani mengungkapkan pendapat yang lebih tinggi
1. (+) Ketika saya marah kepada orang lain saya akan berbicara kepada orang tersebut mengenai alasan saya marah.
2. (-) Ketika saya marah kepada orang lain saya kurang bisa berbicara kepada orang tersebut mengenai alasan saya marah.
3. (+) Saya dapat menyampaikan gagasan atau ide kepada orang lain.
4. (-) Saya kurang bisa menyampaikan gagasan atau ide kepada orang lain.
5. (+) Saya suka bertanya kepada orang lain tentang hal yang tidak saya ketahui.
6. (-) Saya kurang suka bertanya kepada orang lain tentang hal yang tidak saya ketahui.
7. (+) Saya suka mendapat pujian berkaitan dengan ide atau gagasan dari orang lain.
8. (-) Saya kurang suka mendapat pujian berkaitan dengan ide atau gagasan dari orang lain.
9. (+) Saya suka menghargai dan dihargai oleh orang lain.
10. (-) Saya kurang suka menghargai dan dihargai oleh orang lain.
C. Kejujuran
1. (+) Saya akan mengungkapkan pendapat saya terhadap suatu hal yang dianggap tidak sesuai dengan pikiran saya.
2. (-) Saya tidak akan mengungkapkan pendapat saya terhadap suatu hal yang dianggap tidak sesuai dengan pikiran saya.
3. (+) Saya berani mengatakan kesalahan yang dilakukan oleh sahabat saya.
4. (-) Saya kurang berani mengatakan kesalahan yang dilakukan oleh sahabat saya.
5. (+) Saya menceritakan kesedihan saya kepada teman saya.
6. (-) Saya kurang bisa menceritakan kesedihan saya kepada teman saya.
7. (+) Saya mengatakan tidak pada suatu hal yang saya tidak sukai.
8. (-) Saya kurang bisa mengatakan tidak pada suatu hal yang saya tidak sukai.
9. (+) Saya tidak pernah berbohong kepada orang tua saya.
10. (-) Saya sering berbohong kepada orang tua saya.
D. Memperhatikan situasi dan kondisi
1. (+) Ketika saya berkomunikasi dengan orang lain selalu memilih tempat/lokasi yang tepat untuk berkomunikasi.
2. (-) Ketika saya berkomunikasi dengan orang lain, saya kurang bisa memilih tempat / lokasi yang tepat untuk berkomunikasi.
3. (+) Saya suka memelihara atau menjaga kualitas hubungan dengan orang yang sering saya ajak untuk berkomunikasi.
4. (-) Saya kurang bisa memelihara atau menjaga kualitas hubungan dengan orang yang sering saya ajak untuk berkomunikasi.
5. (+) Saya suka memilih waktu yang tepat untuk berkomunikasi dengan orang lain.
6. (-) Saya kurang bisa memilih waktu yang tepat untuk berkomunikasi dengan orang lain.
7. (+) Intensitas komunikasi saya dengan keluarga lebih banyak bila dibandingkan saya berkomunikasi dengan orang lain.
8. (-) Intensitas komunikasi saya dengan orang lain lebih banyak bila dibandingkan saya berkomunikasi dengan keluarga.
9. (+) Dalam berkomunikasi saya lebih banyak melibatkan banyak orang.
10. (-) Dalam berkomunikasi saya sangat kurang melibatkan banyak orang.
Bahasa tubuh
(+) Saya akan mengangguk untuk menunjukan bahwa saya mendengar apa yang dikatakan orang lain.
(-) Saya tidak akan mengangguk untuk menunjukan bahwa saya mendengar apa yang dikatakan orang lain.
(+) Saya mempertahankan kontak mata jika berbicara dengan orang lain.
(-) Saya kurang bisa mempertahankan kontak mata jika berbicara dengan orang lain.
(+) Saya menggunakan nada suara yang mantap ketika mengeluarkan pendapat.
(-) Saya kurang bisa menggunakan nada suara yang mantap ketika mengeluarkan pendapat.
(+) Saya dapat menunjukan rasa empati kepada orang lain.
(-) Saya kurang dapat menunjukkan rasa empati kepada orang lain.
(+) Saya menghormati orang lain yang sedang berbicara.
(-) Saya kurang dapat menghormati orang lain yang sedang berbicara.
BLUE PRINT
No Ciri – Ciri Perilaku Asertif Item Total
Favoraibel Unfavoraibel
1 Menghormati Hak – Hak Orang Lain dan Diri Sendiri
1, 16, 21, 36, 41 6, 11, 26, 31, 46 10
2 Berani Mengemukakan Pendapat
7, 17, 22, 37, 42 2, 12, 27, 32, 47 10
3 Kejujuran
3, 8, 18, 28, 48 13, 23, 33, 38, 43 10
4 Memperhatikan Situasi dan Kondisi
9, 24, 39, 44, 49 4, 14, 19, 29, 34 10
5 Bahasa Tubuh
5, 20, 25, 35, 50 10, 15, 30, 40, 45 10
Total 25 25 50
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju maka secara tidak langsung akan menimbulkan berbagai macam dampak baik yang positif maupun yang negatif. Dampak tersebut akan mempengaruhi perilaku individu dalam kehidupan. Untuk menghindari berbagai macam dampak negatif yang ditimbulkan dari lingkungan maka individu harus berani untuk mengatakan ” tidak ” sehingga individu tersebut tidak terpengaruh oleh dampak yang negatif dan dapat melakukan sesuatu yang diinginkannya tanpa mengikuti orang lain atau lingkungan di sekitarnya. Perilaku dimana seseorang berani untuk mengatakan ” tidak ” disebut juga perilaku asertif.
Perilaku asertif berada diantara perilaku agresif dan submisif dimana perilaku asertif adalah suatu perilaku yang mampu mengatakan “ya” atau “ tidak “ sesuai dengan kondisi yang terjadi. Orang yang memiliki perilaku asertif ini cenderung dapat bekerja sama dan dapat berkembang untuk mencapai tujuan yang lebih baik. Pada perilaku ini tingkat sensitivitas yang dimiliki cukup tinggi sehingga seseorang dapat membaca situasi yang terjadi di sekililingnya, yang memudahkan individu untuk menempatkan diri dan melakukan aktivitasnya secara strategis, terarah, terkendali dan mantap (Anonim, 2008).
Perilaku asertif berarti adanya sikap tegas yang dikembangkan dalam berhubungan dengan banyak orang dalam berbagai aktivitas kehidupan. Dalam artian, seorang individu yang memiliki perilaku asertif dapat mengambil keputusan atau melakukan tindakan tertentu berdasarkan hasil pemikiran sendiri, tanpa sikap emosional, meledak-ledak, atau berperilaku buruk lainnya. Seseorang akan menegakkan kemandiriannya tanpa bermaksud menyakiti hati orang lain. Ketegasan penuh kelembutan, ketegasan tanpa arogansi, hal inilah yang disebut sebagai ciri perilaku asertif (Anonim, 2008).
Sikap asertif sebagai sarana untuk menjadikan hubungan seseorang lebih setara, untuk menghindari perasaan direndahkan yang kerap kali datang. Bilamana seseorang gagal mengekspresikan apa yang sungguh-sungguh diharapkan, sikap asertif adalah alternatif bagi ketidakberdayaan pribadi atau manipulasi (Alberti & Emmons, 2001).
Alberti dan Emmons (2001) mendefinisikan perilaku asertif sebagai sarana mempromosikan kesetaraan dalam hubungan manusia yang memungkinkan seseorang untuk bertindak menurut kepentingan individu sendiri, untuk membela diri sendiri tanpa kecemasan yang tidak semestinya, untuk mengekspresikan perasaan yang jujur dan nyaman untuk menerapkan hak-hak pribadi tanpa menyangkali hak-hak orang lain.
Dari pengertian yang telah dijelaskan di atas kelompok kami mengganggap bahwa perilaku asertif sangat penting diterapkan dalam kehidupan. Dimana setiap orang dapat mengeluarkan pendapat dan menjalani kehidupan atau apa yang diinginkannya tanpa harus merugikan orang lain. Dalam penelitian ini kami menggunakan subjek mahasiswa sebanyak 60 orang untuk melihat perilaku asertif dalam diri mereka terutama mahasiswa. Saat ini, perilaku asertif sangat penting bagi mahasiswa dalam mengembang kemampuannya baik dengan diri sendiri maupun orang lain di sekitarnya. Dengan berprilaku asertif mahasiswa akan lebih percaya diri dalam berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Perilaku asertif akan muncul apabila ada kesadaran dari individu untuk tidak megikuti apa yang tidak sesuai dengan apa yang individu inginkan sehingga individu tersebut akan melakukan segala sesuatu dengan baik karena sesuai dengan yang diharapkan oleh individu.
Riset menunjukan bahwa dengan mengembangkan kemampuan bersikap asertif untuk membela diri dan melakukan hal-hal berdasarkan inisiatif sendiri, akan mampu mengurangi stres dan meningkatkan harga diri individu sebagai sarana manusia, dapat menjadi lebih sehat, lebih berperan dalam suatu hubungan, lebih percaya diri , lebih berkemampuan, lebih spontan dalam mengekspresikan perasaan-persaan dan akan merasakan lebih dikagumi oleh orang lain (Alberti & Emmons, 2001).
Lebih jauh lagi perilaku asertif membuat seseorang merasa bertanggung jawab dan konsekuen untuk melaksanakan keputusannya sendiri., seseorang bebas mengemukakan berbagai keinginan, pendapat, gagasan, dan perasaan secara terbuka sambil tetap memperhatikan juga pendapat orang lain. Citra diri seseorang akan terlihat sebagai sosok yang berpendirian dan tidak terjebak dalam eksploitasi yang merugikan dirinya sendiri. Dengan demikian akan timbul rasa hormat dan penghargaan dari orang lain yang berpengaruh besar terhadap pemantapan eksistensi diri di tengah-tengah khalayak luas (Anonim, 2008).
BAB II
TEORI
Perilaku Asertif
Pengertian Perilaku Asertif
Dalam kehidupan sehari-hari dalam mengadakan hubungan interpersonal sesorang kadang menghadapi konflik antara keinginan atau keharusan menjaga hubungan baik dengan orang lain. Seringkali seseorang harus menahan keinginan dan kebutuhannya demi hubungan baik agar orang tidak tersinggung. Namun, jika terlalu memaksakan kehendak akan dijauhi pula oleh orang lain. Untuk itu diperlukan suatu bentuk tingkah laku interpersonal atau ketrampilan seseorang tertentu agar tetap mendapatkan hak dan keinginannya dengan tetap menghormati hak orang lain seperti yang dikemukakan oleh Wolfe (dalam Alberti & Emmons, 2002), yaitu ada tiga pendekatan luas yang mungkin terhadap tingkah laku hubungan antar pribadi. Pertama adalah hanya mempertimbangkan diri sendiri dan bersikap masa bodoh terhadap orang lain. Kedua adalah senantiasa menempatkan orang lain sebelum diri sendiri. Pendekatan ketiga adalah tindakan moderat. Individual bersangkutan menempatkan dirinya dahulu namun tetap memperhitungkan orang lain.
Sedangkan salah satu definisi yang memberikan penekanan pada hak-hak pribadi dikemukakan oleh Alberti dan Emmons (2002). Mereka mengatakan perilaku asertif mempromosikan kesetaraan dalam hubungan manusia yang memungkinkan kita untuk bertindak menurut kepentingan kita sendiri, untuk membela diri sendiri tanpa kecemasan yang tidak semestinya, untuk mengekspresikan perasaan dengan jujur dan nyaman untuk menerapkan hak-hak pribadi kita tanpa menyangkali hak-hak orang lain.
Lange dan Jakubowski (1978) mengemukakan konsep yang disebut sebagai Responsible Assertive Behavior (tingkah laku asertif yang bertanggung jawab) secara umum mereka mengemukakan bahwa tingkah laku asertif seharusnya dilakukan secara bertanggung jawab. Oleh karena itu pengekspresian diri individu seharusnya dilakukan dengan cara yang sesuai, yang melibatkan adanya penghargaan baik terhadap dirinya maupun orang lain, sehingga dapat terjalin komunikasi atau hubungan yang saling menguntungkan.
Lazarus (dalam Lange & Jakobowski, 1976) mengemukakan pula bahwa didalam konsep responsible assertive behavior, tingkah laku asertif tidak hanya mempertimbangkan ketrampilan individu untuk mengetahui bagaimana cara mengekspresikan kebituhannya, namun juga memahami kapan tingkah laku tersebut perlu untuk dilakukan.
Blomm, dkk (1975) menyatakan bahwa perilaku asertif adalah usaha individu untuk mengkomunikasikan sesuatu secara langsung dan jujur, menentukan pilihan tanpa merugikan atau dirugikan oleh orang lain. Tingkah laku asertif ini biasanya bersifat jujur, langsung, ekspresif dan meningkatkan harga diri.
Lange dan Jakobowski (1976) menyatakan bahwa perilaku asertif melibatkan usaha untuk mempertahankan hak pribadi dan mengekspresikan pikiran, perasaan dan keyakinan secara langsung, jujur, dengan cara yang sesuai yaitu dengan tidak menyakiti atau merugikan diri sendiri dan orang lain. Hal ini berarti bahwa pengekspresian pesan dilakukan tanpa adanya usaha untuk penghargaan . terdapat dua bentuk penghargaan yaitu usaha untuk menghargai diri sendiri yang menggambarkan usaha individu untuk mengedkspresikan kebutuhan dan mempertahankan haknya sekaligus adanya penghargaan terhadap kebutuhan dan hak orang lain.
Sementara itu Cawood (1997) menyatakan bahwa perilaku asertif yaitu ekspresi yang langsung, jujur, dan pada tempatnya dari pikiran, perasaan, kebutuhan, atau hak-hak seseorang tanpa kecemasan yang tidak beralasan. Langsung berarti perilaku seseorang tidak berputar-putar, pesan disampaikan dengan lugas dan wajar, serta tidak menghakimin orang lain dan memanipulasi orang lain. Jujur berarti perilaku seseorang laras, semua isyarat pesan cocok artinya kata-kata, gerak-gerik, perasaan semuanya mengatakan hal yang sama. Sedangkan pada tempatnya berarti perilaku seseorang memperhitungkan hak-hak dan perasaan-perasaan orang lain maupun dirinya sendiri, waktu dan tempatnya pun tepat.
Kemudian, seperti yang telah disinggung diatas, tingkah laku asertif didasarkan pada hak-hak seseorang yang perlu dijalankan atau dipertahankan. Hak-hak tersebut adalah :
Seseorang berhak melakukan apa saja selama tindakan tersebut tidak mengganggu orang lain atau menyakiti orang lain (Jakobowski dalam Kelley, 1979).
Seseorang berhak meminta pertolongan orang lain asalkan menyadari bahwa orang lain berhak menolak (Fensterheim & Bear, 1975).
Adakalanya dalam pergaulan hak masing – masing orang bersangkutan tidak jelas, namun seseorang berhak untuk mendiskusikan masalah tersebut dengan orang bersangkutan hingga masalahnya menjadi jelas (Fensterheim & Bear, 1975).
Seseorang berhak untuk menerima permintaan orang lain tanpa harus merasa bersalah atau mementingkan diri sendiri (Jakobowski dalam Kelley, 1979).
Seseorang berhak untuk membuat kesalahan (Jakobowski dalam Kelley, 1979).
Seseorang berhak untuk merasa bahwa kebutuhannya sama penting dengan kebutuhan orang lain (Jakobowski dalam Kelley, 1979).
Para ahli memandang tingkah laku asertif sebagai ketrampilan sosial yang dapat dipelajari. Akan tetapi tingkah laku ini belum tentu akan tampil pada situasi, munculnya tingkah laku ini tergantung pada karakteristik situasi dan individunya (Alberti & Emmons, 2001).
Jadi dapat disimpulkan bahwa tingkah laku asertif adalah kemampuan mengemukakan pendapat, perasaan, dan keyakinan yang disertai kemampuan untuk menerima pendapat, perasaan, dan keyakinan orang lain secara langsung, jujur, dan dengan cara yang sesuai yaitu dengan tidak menyakiti atau merugikan orang lain maupun diri sendiri.
Komponen Tingkah Laku Asertif
Pengamatan sistematis terhadap perilaku yang asertif telah menuntun para ilmuwan perilaku untuk menyimpulkan sejumlah komponen penting yang menimbulkan tindakan yang asertif. Alberti dan Emmons (2002) mengidentifikasikan 11 komponen utama dalam berperilaku asertif, yaitu :
Kontak Mata (Eye Contact)
Salah satu aspek perilaku paling nyata bilamana berbicara dengan orang lain adalah kemana seseorang melihat. Pada dasarnya apabila seseorang menatap langsung lawan bicara, itu akan membantu mengomunikasikan ketulusan seseorang sekaligus meningkatkan pesan yang ingindismapaikan. Kontak mata dapat ditingkatkan lewat upaya yang sadar dalam langkah-langkah kecil.
Sikap Tubuh (Body Posture)
Dalam situasi dimana seseorang terpanggil untuk membela diri sendiri, boleh jadi berguna untuk melakukan sesuatu dengan cara berdiri. Sikap tubuh yang aktif dan tegak, selagi menghadapi orang lain secara langsung memberikan keasertifan tambahan bagi pesan orang tersebut. Sikap berdiri yang agak membungkuk dan pasif serta merta akan menguntungkan orang lain.
Jarak atau Kontak Fisik (Distance or Physical Contact)
Jarak antara seseorang dengan orang lain memiliki dampak yang cukup besar dalam komunikasi. Berdiri atau duduk sangat dekat, atau bahkan menyentuh, menyatakan keintiman dalam sebuah hubungan kecuali jika berada di dalam kerumunan orang atau tempat yang penuh sesak.
Isyarat (Gestures)
Mengaksentuasikan pesan dengan isyarat yang pantas dapat menambah ketegasan, keterbukaan, dan kehangantan. Sekalipun berisyarat memang perilaku yang terkait dengan kultural, penggunaan isyarat yang santai dapat menambah kedalaman atau kekuatan dari pesan-pesan yang akan disampaikan.
Ekspresi Wajah (Facial Expression)
Penyampaian pesan akan lebih optimal jika disertai dengan ekspresi wajah terhadap pesan tersebut. Seseorang dapat mengekspresikan berbagai pesan dengan ekpresi wajah yang berbeda-beda. Komunikasi yang bersahabat seharusnya jangan disampaikan dengan kerutan kening, sedangkan pesan yang marah terdengar jelas ketika disampaikan dengan mimik yang langsung dan tidak disertai senyuman.
Nada, Modulasi, dan Volume Suara (Voice tone, Inflection, and Volume)
Suara adalah salah satu komponen perilaku termudah dimana seseorang dapat memperoleh umpan balik yang akurat. Kini orang dapat dengan mudah merekam suara dalam kaset yang dapat digunakan untuk “ mencoba “ deragam gaya dari suara. Seseorang diperbolehkan bereksperimen dengan nada pembicaraan, teriakan ledakan, amarah, pesan yang peduli, atau argument yang membujuk. Ada tiga dimensi suara menurut Alberti dan Emmons (2001) antara lain adalah :
Nada, apakah nada suara serak-serak basah, merenggek, lembut membujuk, ataukah marah.
Modulasi, apakah seseorang menekankan suku kata tertentu, seperti dalam pertanyaan atau berbicara dalam satu nada, atau dengan efek yang mengalun seperti sebuah nyanyian.
Volume, apakah seseorang mencoba untuk mendapatkan perhatian dengan bisikan atau untuk menguasai orang lain dengan suara keras, atau berteriak
Kefasihan (Fluency)
Psikiater Serber (dalam Alberti dan Emmons, 2002) meminta kepada klienya untuk berbicara dengan nada membujuk tentang seseuatu barang dalam waktu selama 30 detik. Bagi kebanyakan orang, sulit sekali untuk memadukan rangkaian kata-kata yang berlangsung selama 30 detik. Hal ini dapat disimpulakan bahwa keasertifan tidak bergantung pada kata-kata yang muluk.
Penetapan Waktu (Timing)
Spontanitas sangat dianjuurkan apabila seseorang ingin berperilaku asertif, namun dalam hal ini keraguan akan mungkin menghilangkan keefektifan pernyataan seseorang, perlu dipahami bahwa tidak ada kata terlambat bagi seseorang untuk berperilaku asertif. Kalimat yang asertif akan membantu seseorang agar kehidupannya menjadi jelas dan akan membantu seseorang untuk memfokuskan secara akurat perasaan yang ia rasakan pada saat itu.
Mendengarkan (Listening)
Komponen ini boleh jadi adalah komponen yang tersulit diantara komponen yang telah disebutkan diatas. Mendengarkan secara asertif melibatkan keseluruhan komitment kepada orang lain. Mendengar bukan saja sekedar tangggapan fisik atas suara yang terdengar, mendengarkan secara efektif akan menghasilkan umpan balik untuk orang lain. Mendengaerkan secara asertif setidaknya membutuhkan tiga unsure yaitu:
Menyelaraskan dengan orang lain, hal ini dapat dilakukan dengan menghentikan aktivitas-aktivitas lain, mengabaikan pengalihan perhatian lain, dan memusatkan energi yang searah dengannya.
Memperhatikan pesannya, dengan membuat kontak mata, mengangguk untuk menunjukan bahwa seseorang mendengar apa yang dikatakan orang lain, dan bisa juga seseorang menyentuh lawan bicaranya.
Secara aktif berupaya untuk memahami sebelum menanggapi. Dengan cara memikirkan pesan utama yang ingin disampaikan, perasaan yang menyertai, dan mencoba untuk menginterpretasikan atau memunculkan jawaban.
Sikap asertif atau keasertifan meliputi penghormatan terhadap hak dan perasaan orang lain. Itu berarti penerimaan yang asertif, sensitivitas terhadap orang lain maupun pengiriman yang asertif.
Pemikiran (Though)
Komponen keasertifan lainnya yang luput dari pengamatan lansung adalah proses pemikiran. Pemikiran mungkin adalah hal paling kompleks yang dilakukan oleh kita semua sebagai manusia. Pemikiran melibatkan dimensi-dimensi kognitif dari perilaku.
Isi (Content )
Psikolog Cooley dan Hollansworth (dalam Alberti dan Emmons, 2002) menyimpulkan sebuah model bagi kalimat yang asertif, yang memadukan tujuh unsure yang dikelompokan ke dalam tiga kategori umum. Mereka menyatakan bahwa mengatakan “ tidak ”atau mengambil sikap meliputi menyatakan posisi seseorang. Sikap asertif tidak tergantung pada kata-kata yang muluk, namun beberapa orang tampaknya memiliki kesulitan untuk menemukan “ kata-kata yang tepat”.
Keseluruhan komponen yang telah disebutkan diatas dapat mempengeruhi perilaku asertif dan menyertai serta selalu menjadi pertimbangan dalam berperilaku asertif.
Jenis - Jenis Perilaku Asertif
Lange dan Jakobowski (1978) menyatakan ada beberapa tipe tingkah laku asertif, yaitu :
Basic Assertion
Basic assertion mengacu pada ekspresi penghargaan secara sederhana terhadap hak, keyakinan, perasaan atau opini individu. Dalam hal ini tidak melibatkan keterampilan sosial yang lain sepeti empati, konfrontasi, atau persuasi. Misalkan ketika diinterupsi, pada saat kita merasa tidak siap ketika ditanya sesuatu yang penting, atau ketika menolak permintaan.
Selain itu, basic assertion juga melibatkan pengekspresian perasaan dan penghargaan terhadap orang lain, seperti mengatakan “ saya suka kamu peduli sama saya”, “saya merasa senang punya teman seperti kamu “ atau “ kamu adalah seseorang yang istimewa buat saya”.
Emphathic Assertion
Bentuk ini dilakukan jika seseorang ingin untuk melakukan sesuatu yang lebih daripada sekedar mengekspresikan perasaan atau kebutuhan mereka secara sederhana. Individu menyampaikan pernyataan yang menunjukan adanya pemahaman akan situasi atau perasaan orang lain dan diikuti dengan pernyataan lain yang menunjukan usaha mempertahankan hak pribadi yang bersangkutan.
Dalam emphatic assertion, terdapat adanya kekuatan personal karena orang lain biasanya akan lebih mudak untuk merespon ketika mereka merasa dipahami. Namun demikian, respek terhadap orang lain tersebut harus dilakukan dengan tulus dan kekuatan ini seharusnya tidak digunakan untuk memanipulasi. Misalnya “ saya tahu anda sibuk dengan urusan rumah tangga, tetapi tugas anda mesti diselesaikan agar tugas kelompok kita bisa dikumpulkan tepat waktu”.
Escalating Assertion
Rimm dan Master (dalam Lange & Jakobowski, 1976) menyatakan bahwa escalating assertion dimulai dengan respon asertif minimal yang biasanya dapat mencapai tujuan dengan emosi negative dann usaha minimum serta kemungkinan konsekuensi negatif yang kecil. Ketika orang lain tidak merespon dan terus melanggar hak pribadi, individu secara bertahap meningkatkan tingkah laku asertifnya tanpa menjadi agresif. Bentuk escalating assertion dapat berupa permintaan sampai tuntutan, mulai dari empathic assertion sampai basic assertion yang tegas.
Confrontative Assertion
Bentuk ini digunakan ketika kata-kata seseorang bersifat kontradiktif dengan perbuatanya. Tipe ini meliputi penggambaran secara objektif mengenai apa yang telah dikatakan seseorang, yang sebenarnya telah dilakukan dan apa yang diinginkan.
Confrontative Assertion ini berbeda dengan aggressive confrontative yang bersifat munuduh atau menghakimi orang lain daripada menggambarkan tingkah lakunya, dan mencoba untuk membuat orang lain merasa bersalah.
I Language Assertion
I Language terutama berguna untuk orang–orang dalam me ngekspresikan perasaan-perasaan negatif. Prinsip-prinsip dalam I-Language dapat membantu individu mempelajari bagaimana menentukan perasaan mereka.
I Language Assertion yang berdasarkan konsep Thomas Gordon ini meliputi empat bentuk pernyataan yaitu ketika seseorang menggambarkan tingkah laku orang lain, menggambarkan tingkah laku orang lain secara nyata , mempengaruhi perasaan atau kehidupannya, menggambarkan perasaan dan menggambarkan apa yang diinginkan . kata- kata yang dapat digunakan seperti “ saya merasa…” atau “ saya ingin…”.
Ciri – Ciri Perilaku Asertif
Lange dan Jakowbowski (1978) mengemukakan lima ciri-ciri individu dengan perilaku asertif. Ciri-ciri yang dimaksud adalah :
Menghormati hak orang lain dan dri sendiri
Menghormati hak orang lain berarti menghormati hak-hak yang mereka miliki, tetapi tidak berarti menyerah atau selalu menyetujui apa yang diinginkan orang lain. Artinya, individu tidak harus menurut dan takut mengungkapkan pendapatnya kepada seseorang karena orang tersebut lebih tua dari dirinya atau memiliki kedudukan yang lebih tinggi.
Berani mengemukakan pendapat yang lebih tinggi
Perilaku asertif memungkinkan individu mengkomunikasikan perasaan, pikiran, dan kebutuhan lainnya secara jujur dan langsung.
Kejujuran
Bertindak jujur berarti mengekspresikan diri secara tepat agar dapat mengkomunikasikan perasaan, pendapat, atau pilihan tanpa merugikan diri sendiri atau orang lain.
Memperhatikan situasi dan kondisi
Semua jenis komunikasi melibatkan setidaknya dua orang dan terjadi dalam konteks tertentu. Dalam bertindak asertif, seseorang harus dapat memperhatikan lokasi, waktu, frekuensi, intensitas komunikasi dan kualitas hubungan.
Bahasa tubuh
Dalam bertindak asertif yang terpenting bukanlah apa yang dikatakan tetapi bagaimana menyatakannya. Bahasa tubuh yang menghambat komunikasi misalnya : jarang tersenyum, terlihat kaku, menerutkan muka, berbicara kaku, bibir terkatup rapat, mendominasi pembicaraan, tidak berani melakukan kontak mata dan nada bicara tidak tepat.
Selain ciri-ciri yang telah disebutkan diatas, juga terdapat beberapa karakteristik seseorang berperilaku asertif, seperti yang dikemukakan oleh Fensterheims dan Baer (1995) yaitu sebagai berikut :
Individu merasa bebas untuk mengungkapkan dirinya. Melalui kata-kata dan tindakan individu membuat pernyataan seperti “ Inilah saya, inilah apa yang saya rasakan, pikirkan dan inginkan “.
Individu dapat berkomunaikasi dengan bermacam-macam orang sekalipun dengan orang yang tidak dikenalnya, teman, keluarga, komunikasi ini selalu terbuka, langsung, dan tepat.
Individu memiliki orientasi yang aktif terhadap kehidupan. Individu mengejar apa yang ia inginkan. Berlawanan dengan orang yang pasif yang akan menunggu seseuatu terjadi. Individu mencoba membuat sesuatu terjadi.
Individu bertindak dengan cara yang dihargainya. Menyadari bahwa individu tidak mungkin selalu berhasil, menerima keterbatasan-keterbatasannya. Namun selalu berusaha sebaik-baiknya sehingga berhasil atau tidak tetap menghargai dirinya sendiri.
Dalam situasi mendesak individu mampu menampilkan tingkah laku interpersonal yang efektif sehingga dapat mengajukan permintaan dan menolak bantuan yang tidak sesuai.
Cakupan Tingkah Laku Asertif
Ruthus (dalam Walker, 1981) menyatakan ada 10 macam tingkah laku yang dapat digolongkan sebagai tingkah laku asertif. Ke sepuluh tingkah laku tersebut adalah adalah :
Bicara asertif
Tingkah laku ini terbagi dua ; yang pertama adalah “ rectifying statement “ mengemukakan hak-hak atau berusaha mencapai yaitu mengemukakan hak-hak atau berusaha mencapai tujuan tertentu dalam situasi; yang kedua adalah “ commendatory statement “ yaitu memberikan pujian untuk menghargai tingkah laku seseorang dan memberi umpan balik positif.
Pengungkapan perasaan-perasaan
Mengungkapkan perasaan-perasaan kepada orang lain. Persaan ini diungkpakan dengan tingkat spontanitas yang tidak berlebihan, karena spontanitas yang berlebihan dapat menimbulkan masalah.
Menyapa atau memberi salam pada orang lain.
Menyapa atau memberi salam pada orang-orang yang ditemui termasuk orang yang baru dikenal, dan membuka percakapan.
Ketidaksepakatan
Menampilkan cara yang efektif dan jujur untuk menyatakan rasa tidak setuju; tidak langsung mengatakan “ ya “ atau mengambil sikap bermusuhan.
Menanyakan alasan
Menanyakan alasannya bila diminta untuk melakukan sesuatu, tidak langsung menyanggupi atau menolak begitu saja.
Berbicara mengenai diri sendiri
Membicarakan diri sendiri atau pengalaman-pengalamnnya dalam cara yang menarik, merasa yakin bahwa orang akan lebih berespon terhadap tingkah lakunya ini daripada tingkah laku menjauh atau menarik diri.
Menghargai pujian dari orang lain
Menerima pujian darin orang lain dengan cara yang sesuai, misalnya dengan mengucapkan “ Terimakasih “ atau membalas pujiannya.
Menolak untuk menerima begitu saja pendapat orang yang suka mendebat.
Mengakhiri percakapan yang berbelit-belit dengan orang yang memeksakan pendapatnya. Misalnya dengan orang yang mengatakan “ Maaf, saya rasa kita dapat melanjutkan percakapan ini di lain waktu, tapi saya yakin saya tidak akan merubah pendapat saya “.
Menatap mata lawan bicara.
Ketika berbicara atau diajak bicara menatap mata lawan bicara.
Respon melawan rasa takut
Menampilkan tingkah laku yang biasannya memancing rasa cemas, terutama kecemasan sosial.
Docker (dalam Hastuti, 2008) berpendapat dalam membangun perilaku asertif terdapat beberapa pendapatan yang dapat ditempuh. Salah satunya adalah formula 3 A, yang terangkai dari tiga kata yaitu Appreception, Acceptance, Accomodating. Dimana definisi dari ketiga hal di atas adalah :
Appreception berarti menunjukan penghargaan terhadap kehadiran orang lain, dan tetap memberikan perhatian sampai pada batas-batas tertentu atas apa yang terjadi pada pada diri mereka.
Acceptance adalah perasaan mau menerima, memberikan arti sangat positif terhadap perkembangan kepribadian seseorang, yaitu menjadi pribadi yang terbuka dan dapat menerima orang lain sebagaimana keberadaan diri mereka masing-masing. Dalam hal ini seseorang tidak memilki tuntutan berlebihan terhadap perubahan sikap atau perilaku orang lain (kecuali yang negatif).
Accommodating adalah menunjukan sikap ramah kepada semua tanpa terkecuali, merupakan perilaku yang sangat positif. Keramahan senantiasa memberikan kesan positif dan menyenangkan kepada semua orang yang dijumpai. Hal ini penting sekali untuk diperhatikan agar seseorang mampu menempatkan diri secara benar di tengah khalayak luas, sekaligus membina saling pengertian dengan banyak orang.
Formula 3A merupakan pedoman untuk memperlihatkan asertivitas berdasarkan empati dalam rangka membina hubungan baik dengan banyak orang, dengan asumsi bahwa orang lain pun mempunyai hak dan kesempatan yang sama dengan orang lain.Asertivitas harus didukung oleh kemampuan untuk berargumentasi secara logis dan konstruktif, yaitu bahwa ia mampu menjalankan plihannya secara konsekuen dan bertanggung jawab. Bagi seseorang yang merasa perlu tampil secara asertif diharapkan dapat mengevaluasi diri dengan berpatokan pada formula 3A yang telah dikemukakan di atas.
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Asertif
Menurut Ruthus dan Nevid (1983), terdapat enam faktor yang mempengaruhi perilaku asertif, yaitu :
Jenis Kelamin
Wanita pada umumnya lebih sulit bersikap asertif seperti mengungkapkan perasaan dan pikiran dibandingkan dengan laki-laki.
Keyakinan Diri
Keyakinan seseorang turut mempengaruhi kemampuan untuk melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan. Orang yang memiliki keyakinan diri yang tinggi memiliki kekuatiran sosial yang rendah sehingga mampu mengungkapkan pendapat dan perasaan tanpa merugikan orang lain dan diri sendiri.
Kebudayaan
Tuntutan lingkungan menentukan batas-batas perilaku, dimana batas-batas perilaku itu sesuai dengan usia, jenis kelamin dan status sosial seseorang.
Tingkat Pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin luas wawasan berpikir sehingga memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri dengan lebih terbuka.
Tipe Kepribadian
Dalam situasi yang tidak sama, tidak semua individu memberikan respon yang sama. Hal ini dipengaruhi oleh tipe kepribadian, seseorang akan bertingkah laku berbeda dengan individu kepribadian lain.
Situasi tertentu lingkungan sekitarnya
Dalam berperilaku, seseorang akan melihat kondisi dan situasi dalam arti luas, misalnya posisi kerja antara atasan dan bawahan. Situasi dalam kehidupan tertentu akan dikhawatirkanm menunggu.
Perbedaan Perilaku Asertif, Agresif, dan Submisif
Seringkali seseorang memiliki pemahaman yang kabur atau tidak jelas tentang perbedaan perilaku asertif, agresif, dan submisif. Secara umum, pengertian ketiga bentuk tingkah laku tersebut menurut Lange dan Jakubowski (1976) adalah sebagai berikut :
Tingkah laku asertif
Adalah usaha seseorang untuk mengemukakan pikiran, perasaan dan pendapat secara langsung, jujur, dan dengan cara yang sesuai yaitu tidak menyakiti atau merugikan orang lain.
Pengekpresian dari tingkah laku asertif ini dilakukan tanpa adanya usaha untuk mendominasi , menghina atau merendahkan orang lain. Terdapat dua unsur penting dalam tingkah laku asertif ini yaitu unsur penghargaan dimana individu menghargai diri sendiri yang menggambarkan usaha individu untuk mengemukakan kebutuhan sekaligus adannya unsur penghargaan terhadap kebutuhan orang lain.
Tingkah laku agresif
Adalah suatu usaha seseorang untuk mengemukakan pendapat, pikiran, dan perasaannya secara langsung namun dengan cara yang kurang jujur dan tidak sesuai yaitu dengan menyakiti atau merugikan orang lain.
Tujuan utama dari tingkah laku agresi ini adalah kenginan untuk mendominasi dan memenangkan, atau mengalahkan orang lain. Kemenangan tersebut diperoleh dengan cara menghina, menurunkan harga diri , meremehkan orang lain sehingga membuat orang lain tersebut menjadi lemah dan kurang bisa mengemukakan dan mempertahankan kebutuhannya.
Tingkah laku submisif
Adalah ketidakmampuan seseorang untuk mengemukakan pendapat, pikiran, dan perasaan secara jujur dan membiarkan orang lain menyakiti atau merugikan dirinya.
Perilaku submisif melihat suatu pikiran atau mengemukakan perasaan dengan cara meminta maaf, malu-malu atau merendahkan diri sendiri sehingga membuat orang lain dengan mudah mengabaikan dirinya, serta penghargaan yang kurang pada seseorang terhadap dirinya sendiri.
Kelley (1979) menjelaskan 3 macam respon yang membedakan orang yang asertif , agresif, dan submisif. Ketiga respon tersebut menyangkut emosi, tingkah laku non verbal, dan bahasa verbal.
Emosi
Respon yang submisif cenderung memendam perasaan dan ketegangan dan mengalami emosi-emosi seperti takut, cemas, rasa bersalah, tertekan, lelah atau gugup. Perasaannya tidak diungkapkan secara verbal.
Pada respon yang agresif ketegangan diungkapkan keluar, walaupun mingkin juga mengalami rasa takut, cemas, atau terluka dan perasaan-perasaan ini ditutupi dengan “secondary emotion” seperti marah. Emosi biasanya diungkapkan melalui rasa marah yang tidak pada tempatnya, benci atau rasa bermusuhan.
Orang yang berespon secara asertif menyadari dan menangani perasaan-perasaanya. Tidak menyangkal haknya untuk menjadi emosional tetapi juga tidak menyangkal hak orang lain. Ketegangannya dijaga berada dalam situasi normal. Lazarus (dalam Fensterheim & Bear, 1995) juga menyatakan bahwa seseorang yang asertif mamiliki kemampuan untuk mengekspresikan perasaan positif dan negative yang tengah dialaminya.
Tingkah laku non verbal
Respon submisif bersifat menghambat diri dan dependen, “menghindar “ dari sebuah situasi yang dihadapi. Respon ini mungkin diikuti oleh tatapan mata kebawah, sikap tubuh membungkuk, nada suara yang ragu-ragu atau tersendat-sendat.
Pada respon agresif tingkah laku nonverbal bersifat “ moving against ” terhadap suatu situasi, menghambat orang lain dan counterdependent. Respon ini diungkapkan melalui pandangan mata melotot, mencondongkan badan ke depan, menunjuk dengan jari, atau nada suara yang tinggi dan angkuh.
Sedangkan respon asertif, seseorang menghadapi situasi tersebut dan menampilkan pendekatan yang memungkinkannya untuk mempertahankan dirin dalam cara mandiri atau saling ketergantungan. Dalam respon ini tercipta kontak mata, posisi berdiri yang nyaman dengan kedua lengan terletak di sisi badan, dan nada suara mantap. Lazarus (dalam Fensterheim & Bear, 1995) menyatakan bahwa seseorang yang asertif memiliki kemampuan untuk meminta bantuan atau mengajukan suatu permintaan dan mampu untuk mengambil inisiatif atas tindakan yang dilakukan tanpa dipengaruhi oleh orang lain.
Bahasa verbal
Respon yang submisif mencakup kata-kata seperti : “ mungkin, saya kira, apakah akan sangat berkeberatan, hanya, saya tidak bisa, ah tidak penting kok, jangan repot-repot “.
Kata-kata agresif mencakup ancaman : “ anda lebih baik, bila anda tidak hati-hati “ ; meremehkan : “ masa iya “ ; menilai “ seharusnya tidak baik “.
Kata-kata asertif mencakup pernyataan “ Saya “ : Saya pikir, saya rasa, saya ingin “ : kata-kata kerjasama: “ mari, bagaimana kita dapat memecahkan hal ini “ dan “ pernyataan empati “ bagaimana pendapat anda, apa pandangan anda ”. Lazarus (dalam Fensterhem & Bear, 1995) juga menyatakan bahwa seseorang yang memiliki sikap asertif memiliki kemampuan untuk bicara tidak, dan kemampuan untuk melanjutkan serta mempertahankan pembicaraan interaksi dengan orang lain.
Konsekuensi Perilaku Asertif , Agresif, dan Submisif
Perilaku asertif merupakan hal yang diperlukan sehingga untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Namun, merupakan hal yang penting pula untuk mengetahui konsekuensi dari perilaku asertif berikut perilaku agresif dan perilaku pasif sebagai pembanding. Dari perbadingan tersebut akan terlihat bahwa secara umum perilaku asertif memberikan keuntungan sedangkan perilaku agresif dan perilaku pasif tidak demikian. Perilaku agresif dan pasif dapat efektif dalam memperoleh apa yang kita inginkan khususnya untuk jangka waktu yang relatif singkat. Sedangkan kemungkinan diperolehnya keinginan dalam jangka waktu yang panjang akan lebih besar jika kita menggunakan perilaku asertif.
Selain konsekuensi yang telah sedikit dibahas di atas, konsekuensi sosial merupakan hal yang lebih penting. Menurut Beddel dan Lennox (1997), konsekuensi dari pola komunikasi yang digunakan akan mempengaruhi keinginan dan harapan orang yang berkomunikasi (cara berfikir), perasaan serta perilaku yang akan datang baik dari orang yang berkomunikasi (communicator) dan orang yang diajak berkomunikasi (recipients). Oleh karena itu, Beddel dan Lennox (1997) membagi konsekuensi yang akan muncul dari ketiga perilaku tersebut dalam empat aspek yaitu : social, kognitif, afektif, dan perilaku (behavioral) yang akan dijabarkan dalam tabel 3 berikut ini :
Tabel 3
Konsekuensi Perilaku Asertif, Agresif, dan Submisif
KONSEKUENSI PERILAKU ASERTIF PERILAKU AGRESIF PERILAKU SUBMISIF
Konsekuensi Sosial Orang lain akan senang karena keinginan mereka dipertimbangkan. Orang lain akan marah karena kenginan mereka tidak dipertimbangkan. Orang lain akan merasa senang karena keinginannya dipertimbangkan.
Orang lain akan memandang saya dengan rasa hormat.
Orang lain akan termotivasi untuk memperlakukan saya dengan cara yang sama.
Orang lain akan meminta saya menjadi temannya. Orang lain akan melihat saya dengan perasaan takut.
Orang lain akan termotivasi untuk memperlakukan saya dengan cara yang sama.
Orang lain akan menghindar dan tidak ingin menjadi teman atau ditemani oleh saya. Orang lain tidak terlalu memandang saya dengan rasa hormat
Orang lain akan mempercayai saya orang jujur.
Orang lain akan memperlakukan saya seperti “pengesat kaki”.
Konsekuensi Kognitif Saya berpikir dunia akan ramah pada saya.
Saya berfikir orang lain akan membantu saya dengan menghormati keinginan saya.
Saya berfikir keinginan saya akan terpenuhi.
Saya berfikir bahwa saya memilki control terhadap lingkungan saya.
Saya berharap dapat mencapai tujuan saya Saya berfikir bahwa dunia itu tidak ramah kepada saya.
Saya berfikir orang lain akan menghalangi keinginan saya atau mengambil keuntungan.
Saya berfikir keinginan saya akan terpenuhi.
Saya berfikir baahwa saya harus dapat mengontrol lingkungan saya.
Saya berharap dapat mencapai tujuan saya. Saya berfikir bahwa dunia itu tidak ramah kepada saya.
Saya berfikir bahwa orang lain tidak tertarik pada keinginan saya.
Saya berfikir bahwa keinginan saya tidak akan terpenuhi.
Saya berfikir bahwa orang lain mengontrol lingkungan saya.
Saya tidak berharap untuk mencapai tujuan saya.
Konsekuensi Perasaan Rasa bahagia. Rasa takut, rasa marah. Rasa takut, rasa marah, rasa sedih.
Konsekuensi Tingkah Laku Pendekatan yang positif. Pendekatan yang negatif. Menghindar, pendekatan yang negatif atau tidak menyenangkan.
Dikutip dari “Handbook for Communication and Problem Solving Skills Training : A Cognitive Behavioral Approach “ oleh Beddel & Lennox, 1997
Setiap konsekuensi dari ketiga perilaku tersebut tidak selalu muncul secara spesifik, namun konsekuensi-konsekuensi tersebut merupakan hal yang paling memungkinkan untuk muncul (Beddel & Lennox, 1997). Dalam tabel 3 kita dapat melihat bahwa individu yang agresif dan pasif terperangkap dalam lingkungan reinforcement yang sifatnya sementara disertai dengan pengucilan dari orang lain yang sifatmya jangka panjang (Beddel & Lennox, 1997). Namun, apa yang telah dijabarkan sebelumnya tidak muncul tanpa kecuali karena seperti yang kita ketahui bahwa perilaku menusia dan interaksi social merupakan hal yang kompleks dan terlalu rumit untuk diprediksi. Perilaku asertif memang jauh lebih menguntungkan daripada perilaku agresif dan perilaku pasif. Sehingga merupakan hal yang baik apabila seseorang menggunakan perilaku asertif sebagai salah satu keterampilan social yang perlu dimiliki.
Dari konsekuensi yang telah ditimbulkan dari suatu perilaku, maka dapat pula dilihat alasan mengapa individu enggan untuk berperilaku asertif maupun memilih untuk berperilaku asertif.
Kelley (1979) mengemukakan alasan-alasan mengapa seseorang memilih untuk bertindak asertif atau tidak bertindak asertif. Alasan – alasan mengapa seseorang memilih untuk tidak asertif adalah :
Resiko yang akan timbul terlalu besar.
Tidak cukup berguna untuk bertindak asertif.
Akibat yang ditimbulkan terhadap orang lain lebih besar daripada keuntungan dari bertindak asertif bagi diri sendiri.
Orang lain sudah mengubah tingkah lakunya atau situasi dengan tepat.
Sedangkan alasan-alasan mengapa seseorang memilih untuk bertindak asertif adalah karena tingkah laku asertif :
Bersifat menghargai kedua belah pihak.
Menimbulkan persaaan yang lebih baik bagi kedua belah pihak.
Memberikan perasaan bahwa ia dapat mengendalikan tingkah lakunya.
Biasanya lebih berhasil daripada non asertif atau agresif, dan orang lebih menyukai hasil “ menang-menang”.
Lebih memberikan kebebasan, tanggung jawab, dan kekuatan untuk memilih.
Meningkatkan ketenangan.
Membantu seseorang mengkomunikasikan apa yang dirasakannya, dipikirkannya, dan diinginkan.
Membantu seseorang untuk membuat orang lain mengetahui dirinya yang sebenarnya dan ia mengetahui orang lain.
Manfaat Perilaku Asertif
Cawood (1997) menjelaskan bahwa ketrampilan bertingkah laku asertif akan membantu individu untuk memperoleh tujuan utama dan memecahkan masalah yang nyata daripada hanya menciptakan kembali frustasi-frustasi masa lalu. Ketrampilan itu juga akan menghambat komunikasi dengan orang lain. Hasil positif yang akan diperoleh dengan bertingkah laku asetif adalah :
Dampak yang nyata
Dampak dari perilaku asertif sangat nyata. Seseorang akan berurusan dengan pikiran yang nyata, perasaan nyata, dan kebutuhan nyata untuk memecahkan masalah yang nyata. Individu akan memusatkan diri pada masalah masa kini, proses masa kini dan tidak terkekang oleh berbagai kekhawatiran masa lampau atau tidak terintimidasi oleh keprihatinan masa mendatang
Kepercayaan diri yang meningkat
Individu adalah hakim dari tindakan-tindakannya sendiri. Pilihan individu untuk menegakkan hak-hak, pikiran, dan perasaannya meningkatkan penghargaan diri serta tingkat kepercayaan diri individu tersebut. Hal ini akan memperkecil kebutuhan akan persetujuan orang lain. Dengan demikian kerentaan dan rasa tidak aman menjadi berkurang, seseorang akan menjadi lebih kreatif dan lebih terbuka terhadap usaha mengambil resiko.
Hubungan yang diperkaya
Individu yang memiliki perilaku asertif akan menbangun pondasi sikap saling mempercayai dan saling menghormati dengan orang lain. Kepercayaan didasarkan antara lain pada pengalaman bekerja bersama dan pada kemampuan mengelola konflik. Ketrampilan asertif memperhatikan sumbangan besar pada kedua belah pihak. Seseorang memiliki keberanian dan kompetensi untuk mengawali kegiatan-kegiatan dan untuk mengatasi kesulitan bersama orang lain.
BAB III
ITEM AWAL
A. Menghormati hak orang lain dan diri sendiri
1. (+) Saya menghormati pendapat orang lain.
2. (-) Saya kurang bisa menghormati pendapat orang lain.
3. (+) Saya peduli terhadap hak-hak orang lain.
4. (-) Saya tidak peduli terhadap hak-hak orang lain.
5. (+) Saya selalu setuju apapun pendapat orang lain.
6. (-) Saya kurang setuju apapun pendapat orang lain.
7. (+) Walau bagai manapun menghormati hak-hak orang lain penting bagi saya.
8. (-) Walau bagai manapun menghormati hak-hak orang lain kurang penting bagi saya.
9. (+) Saya menyetujui apapun yang diinginkan orang lain.
10. (-) Saya tidak menyetujui apapun yang diinginkan orang lain.
B. Berani mengungkapkan pendapat yang lebih tinggi
1. (+) Ketika saya marah kepada orang lain saya akan berbicara kepada orang tersebut mengenai alasan saya marah.
2. (-) Ketika saya marah kepada orang lain saya kurang bisa berbicara kepada orang tersebut mengenai alasan saya marah.
3. (+) Saya dapat menyampaikan gagasan atau ide kepada orang lain.
4. (-) Saya kurang bisa menyampaikan gagasan atau ide kepada orang lain.
5. (+) Saya suka bertanya kepada orang lain tentang hal yang tidak saya ketahui.
6. (-) Saya kurang suka bertanya kepada orang lain tentang hal yang tidak saya ketahui.
7. (+) Saya suka mendapat pujian berkaitan dengan ide atau gagasan dari orang lain.
8. (-) Saya kurang suka mendapat pujian berkaitan dengan ide atau gagasan dari orang lain.
9. (+) Saya suka menghargai dan dihargai oleh orang lain.
10. (-) Saya kurang suka menghargai dan dihargai oleh orang lain.
C. Kejujuran
1. (+) Saya akan mengungkapkan pendapat saya terhadap suatu hal yang dianggap tidak sesuai dengan pikiran saya.
2. (-) Saya tidak akan mengungkapkan pendapat saya terhadap suatu hal yang dianggap tidak sesuai dengan pikiran saya.
3. (+) Saya berani mengatakan kesalahan yang dilakukan oleh sahabat saya.
4. (-) Saya kurang berani mengatakan kesalahan yang dilakukan oleh sahabat saya.
5. (+) Saya menceritakan kesedihan saya kepada teman saya.
6. (-) Saya kurang bisa menceritakan kesedihan saya kepada teman saya.
7. (+) Saya mengatakan tidak pada suatu hal yang saya tidak sukai.
8. (-) Saya kurang bisa mengatakan tidak pada suatu hal yang saya tidak sukai.
9. (+) Saya tidak pernah berbohong kepada orang tua saya.
10. (-) Saya sering berbohong kepada orang tua saya.
D. Memperhatikan situasi dan kondisi
1. (+) Ketika saya berkomunikasi dengan orang lain selalu memilih tempat/lokasi yang tepat untuk berkomunikasi.
2. (-) Ketika saya berkomunikasi dengan orang lain, saya kurang bisa memilih tempat / lokasi yang tepat untuk berkomunikasi.
3. (+) Saya suka memelihara atau menjaga kualitas hubungan dengan orang yang sering saya ajak untuk berkomunikasi.
4. (-) Saya kurang bisa memelihara atau menjaga kualitas hubungan dengan orang yang sering saya ajak untuk berkomunikasi.
5. (+) Saya suka memilih waktu yang tepat untuk berkomunikasi dengan orang lain.
6. (-) Saya kurang bisa memilih waktu yang tepat untuk berkomunikasi dengan orang lain.
7. (+) Intensitas komunikasi saya dengan keluarga lebih banyak bila dibandingkan saya berkomunikasi dengan orang lain.
8. (-) Intensitas komunikasi saya dengan orang lain lebih banyak bila dibandingkan saya berkomunikasi dengan keluarga.
9. (+) Dalam berkomunikasi saya lebih banyak melibatkan banyak orang.
10. (-) Dalam berkomunikasi saya sangat kurang melibatkan banyak orang.
Bahasa tubuh
(+) Saya akan mengangguk untuk menunjukan bahwa saya mendengar apa yang dikatakan orang lain.
(-) Saya tidak akan mengangguk untuk menunjukan bahwa saya mendengar apa yang dikatakan orang lain.
(+) Saya mempertahankan kontak mata jika berbicara dengan orang lain.
(-) Saya kurang bisa mempertahankan kontak mata jika berbicara dengan orang lain.
(+) Saya menggunakan nada suara yang mantap ketika mengeluarkan pendapat.
(-) Saya kurang bisa menggunakan nada suara yang mantap ketika mengeluarkan pendapat.
(+) Saya dapat menunjukan rasa empati kepada orang lain.
(-) Saya kurang dapat menunjukkan rasa empati kepada orang lain.
(+) Saya menghormati orang lain yang sedang berbicara.
(-) Saya kurang dapat menghormati orang lain yang sedang berbicara.
BLUE PRINT
No Ciri – Ciri Perilaku Asertif Item Total
Favoraibel Unfavoraibel
1 Menghormati Hak – Hak Orang Lain dan Diri Sendiri
1, 16, 21, 36, 41 6, 11, 26, 31, 46 10
2 Berani Mengemukakan Pendapat
7, 17, 22, 37, 42 2, 12, 27, 32, 47 10
3 Kejujuran
3, 8, 18, 28, 48 13, 23, 33, 38, 43 10
4 Memperhatikan Situasi dan Kondisi
9, 24, 39, 44, 49 4, 14, 19, 29, 34 10
5 Bahasa Tubuh
5, 20, 25, 35, 50 10, 15, 30, 40, 45 10
Total 25 25 50
Assalamu’alaikum Wr.. Wb..
Kami mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma sedang menjalankan penelitian yang berkaitan dengan tugas kuliah yang kami ikuti. Oleh karena itu, angket ini kami pergunakan sebagai penyempurnaan tugas mata kuliah tersebut. Kami mengharapkan saudara dan saudari dapat mengisi angket ini dengan sebaik - baiknya sesuai dengan keadaan diri saudara. Identitas dan data saudara akan sangat terjamin kerahasiaannya. Atas perhatian dan partisipasi saudara, kami megucapkan terima kasih.
IDENTITAS DIRI
Jenis Kelamin :
Usia :
Suku bangsa :
4. Fakultas :
5. IPK :
No. Pertanyaan Penelitian SS S N TS STS
1. Saya peduli terhadap hak-hak orang lain.
2. Saya kurang bisa menyampaikan gagasan atau ide kepada orang lain.
3. Saya berani mengatakan kesalahan yang dilakukan oleh sahabat saya.
4. Saya kurang mampu memilih waktu yang tepat untuk berkomunikasi dengan orang lain.
5. Saya menggunakan nada suara yang mantap ketika mengeluarkan pendapat.
6. Saya sulit menyetujui apapun yang diinginkan orang lain.
7. Ketika saya marah kepada orang lain saya akan berbicara kepada orang tersebut mengenai mengapa alasan saya marah.
8. Saya akan mengungkapakan pendapat saya terhadap suatu hal yang dianggap tidak sesuai dengan pikiran saya.
9. Saya dapat memilih tempat yang tepat ketika berbincang dengan orang lain.
10. Saya tidak akan mengganguk untuk menunjukan bahwa saya mendengar apa yang dikatakan orang lain.
11. Saya sulit setuju apapun pendapat orang lain.
12. Saya kurang begitu senang menghargai dan dihargai oleh orang lain
13. Saya sering berbohong kepada orang tua saya.
14. Saya kurang dapat memilih tempat yang tepat untuk berkomunikasi dengan orang lain.
15. Saya kurang dapat menghoramati orang lain yang sedang berbicara.
16. Saya menghormati pendapat orang lain.
17. Saya suka menghargai dan dihargai oleh orang lain.
18. Saya mampu menolak suatu hal yang saya tidak sukai.
19. Saya kurang pandai memelihara hubungan dengan orang yang sering saya ajak untuk berkomunikasi.
20. Saya akan mengangguk untuk menunjukan bahwa saya mendengar apa yang dikatakan orang lain.
21.
Saya mudah menyetujui apapun yang diinginkan orang lain.
22. Saya suka bertanya kepada orang lain tentang hal yang tidak saya ketahui.
23. Saya kurang berani mengatakan kesalahan yang dilakukan oleh sahabat saya.
24. Saya lebih suka melibatkan banyak orang ketika berkomunikasi.
25. Saya menghormati orang lain yang sedang berbicara.
26. Saya kurang bisa menghormati pendapat orang lain.
27. Ketika saya marah kepada orang lain saya kurang bisa berbicara kepada orang tersebut mengenai alasan mengapa saya marah.
28. Saya tidak pernah berbohong kepada orang tua saya.
29. Intensitas komunikasi saya dengan orang lain lebih banyak bila dibandingkan saya berkomunikasi dengan keluarga.
30. Saya kurang dapat menunjukan rasa empati kepada orang lain.
31. Walau bagaimanapun menghormati hak-hak orang lain kurang penting bagi saya.
32. Saya kurang suka mendapat pujian berkaitan dengan ide atau gagasan dari orang lain.
33. Saya tidak akan mengungkapkan pendapat saya terhadap suatu hal yang dianggap tidak sesuai dengan pikiran saya.
34. Dalam berkomunikasi saya sangat kurang melibatkan banyak orang.
35. Saya mempertahankan kontak mata jika berbicara dengan orang lain.
36. Walau bagaimanapun menghormati hak-hak orang lain penting bagi saya.
37. Saya suka mendapat pujian berkaitan dengan ide atau gagasan dari orang lain.
38. Saya kurang mampu menolak pada suatu hal yang saya tidak sukai.
39. Saya pandai memelihara hubungan dengan orang yang sering saya ajak untuk berkomunikasi.
40. Saya kurang mampu menggunakan nada suara yang mantap ketika mengeluarkan pendapat.
41. Saya selalu setuju apapun pendapat orang lain.
42. Saya dapat menyampaikan gagasan atau ide kepada orang lain.
43. Saya kurang bisa menceritakan kesedihan saya kepada teman saya.
44. Saya mampu memilih waktu yang tepat untuk berkomunikasi dengan orang lain.
45. Saya kurang bisa mempertahankan kontak mata jika berbicara dengan orang lain.
46. Saya tidak peduli terhadap hak-hak orang lain.
47. Saya kurang suka bertanya kepada orang lain tentang hal yang tidak saya ketahui.
48. Saya bisa menceritakan kesedihan saya kepada teman saya.
49. Intensitas komunikasi saya dengan keluarga lebih banyak bila dibandingkan saya berkomunikasi dengan orang lain
50. Saya dapat menunjukan rasa empati kepada orang lain.
BAB IV
HASIL
Validitas
∑ Item Valid
Dari 50 item yang disebar, jumlah item valid yang didapat setelah try out adalah 16 item. Ini berarti item yang tidak valid atau gugur adalah 34 item.
∑ Item = 50
∑ Item valid = 16
∑ Item yang gugur = 34
Pergerakan Item Valid
Item yang pada penelitian ini bergerak dari 0, 300 yaitu nilai yang paling rendah dari 16 item yang valid ke nilai item yang paling tinggi yaitu 0, 438. Berikut adalah rincian pergerakan nilai item valid dalam bentuk tabel.
No.
No. Item Valid Nilai Item Valid
1 12 0, 300
2 50 0, 312
3 31 0, 317
4 46 0, 321
5 20 0, 323
6 7 0, 333
7 41 0, 338
8 17 0, 347
9 43 0, 347
10 40 0, 359
11 32 0, 362
12 26 0, 371
13 30 0, 377
14 14 0, 383
15 24 0, 406
16 35 0, 438
Reliabilitas
Reliabilitas yang didapatkan dari penelitian ini adalah 0, 381
Diketahui :
Nilai Tertinggi Skala = 5
Nilai Tengah Item Skala = 3
Nilai Terendah Skala = 1
∑ Item Valid = 16
Standar Deviasi ( SD )
= (( Nilai Tertinggi Skala ×Item Valid )–( Nilai Item Terendah ×Item Valid ))/6
= (( 5 ×16 )–( 1 ×16 ))/6
=(80 -16)/6= 64/6
=10,66
=10,7
Mean Hipotetik
=Nilai Tengah Item Skala ×Item Valid
=3 ×16
=48
BLUE PRINT SETELAH TRY OUT
No Ciri – Ciri Perilaku Asertif Item Total
Favoraibel Unfavoraibel
1 Menghormati Hak – Hak Orang Lain dan Diri Sendiri
1*, 16*, 21*, 36*, 41 6*, *11, 26, 31, 46 10
2 Berani Mengemukakan Pendapat
7, 17, 22*, 37*, 42* 2*, 12, 27*, 32, 47* 10
3 Kejujuran
3*, 8*, 18*, 28*, 48* 13*, 23*, 33*, 38*, 43 10
4 Memperhatikan Situasi dan Kondisi
9*, 24, 39*, 44*, 49* 4*, 14, 19*, 29*, 34* 10
5 Bahasa Tubuh
5*, 20, 25*, 35, 50 10*, 15*, 30, 40, 45* 10
Total 25 25 50
* = Item yang tidak valid
BLUE PRINT ITEM VALID
No Ciri – Ciri Perilaku Asertif Item Total
Favoriabel Unfavoriabel
1 Menghormati Hak – Hak Orang Lain dan Diri Sendiri
41 26, 31, 46 4
2 Berani Mengemukakan Pendapat
7, 17 12, 32 4
3 Kejujuran
43 1
4 Memperhatikan Situasi dan Kondisi
24 14 2
5 Bahasa Tubuh
20, 35, 50 30, 40 5
Total 8 9 16
Jenis Kelamin :
Usia :
Suku bangsa :
4. Fakultas :
5. IPK :
No. Pertanyaan Penelitian SS S N TS STS
1. Saya peduli terhadap hak-hak orang lain.
2. Saya kurang bisa menyampaikan gagasan atau ide kepada orang lain.
3. Saya berani mengatakan kesalahan yang dilakukan oleh sahabat saya.
4. Saya kurang mampu memilih waktu yang tepat untuk berkomunikasi dengan orang lain.
5. Saya menggunakan nada suara yang mantap ketika mengeluarkan pendapat.
6. Saya sulit menyetujui apapun yang diinginkan orang lain.
7. Ketika saya marah kepada orang lain saya akan berbicara kepada orang tersebut mengenai mengapa alasan saya marah.
8. Saya akan mengungkapakan pendapat saya terhadap suatu hal yang dianggap tidak sesuai dengan pikiran saya.
9. Saya dapat memilih tempat yang tepat ketika berbincang dengan orang lain.
10. Saya tidak akan mengganguk untuk menunjukan bahwa saya mendengar apa yang dikatakan orang lain.
11. Saya sulit setuju apapun pendapat orang lain.
12. Saya kurang begitu senang menghargai dan dihargai oleh orang lain
13. Saya sering berbohong kepada orang tua saya.
14. Saya kurang dapat memilih tempat yang tepat untuk berkomunikasi dengan orang lain.
15. Saya kurang dapat menghoramati orang lain yang sedang berbicara.
16. Saya menghormati pendapat orang lain.
17. Saya suka menghargai dan dihargai oleh orang lain.
18. Saya mampu menolak suatu hal yang saya tidak sukai.
19. Saya kurang pandai memelihara hubungan dengan orang yang sering saya ajak untuk berkomunikasi.
20. Saya akan mengangguk untuk menunjukan bahwa saya mendengar apa yang dikatakan orang lain.
21.
Saya mudah menyetujui apapun yang diinginkan orang lain.
22. Saya suka bertanya kepada orang lain tentang hal yang tidak saya ketahui.
23. Saya kurang berani mengatakan kesalahan yang dilakukan oleh sahabat saya.
24. Saya lebih suka melibatkan banyak orang ketika berkomunikasi.
25. Saya menghormati orang lain yang sedang berbicara.
26. Saya kurang bisa menghormati pendapat orang lain.
27. Ketika saya marah kepada orang lain saya kurang bisa berbicara kepada orang tersebut mengenai alasan mengapa saya marah.
28. Saya tidak pernah berbohong kepada orang tua saya.
29. Intensitas komunikasi saya dengan orang lain lebih banyak bila dibandingkan saya berkomunikasi dengan keluarga.
30. Saya kurang dapat menunjukan rasa empati kepada orang lain.
31. Walau bagaimanapun menghormati hak-hak orang lain kurang penting bagi saya.
32. Saya kurang suka mendapat pujian berkaitan dengan ide atau gagasan dari orang lain.
33. Saya tidak akan mengungkapkan pendapat saya terhadap suatu hal yang dianggap tidak sesuai dengan pikiran saya.
34. Dalam berkomunikasi saya sangat kurang melibatkan banyak orang.
35. Saya mempertahankan kontak mata jika berbicara dengan orang lain.
36. Walau bagaimanapun menghormati hak-hak orang lain penting bagi saya.
37. Saya suka mendapat pujian berkaitan dengan ide atau gagasan dari orang lain.
38. Saya kurang mampu menolak pada suatu hal yang saya tidak sukai.
39. Saya pandai memelihara hubungan dengan orang yang sering saya ajak untuk berkomunikasi.
40. Saya kurang mampu menggunakan nada suara yang mantap ketika mengeluarkan pendapat.
41. Saya selalu setuju apapun pendapat orang lain.
42. Saya dapat menyampaikan gagasan atau ide kepada orang lain.
43. Saya kurang bisa menceritakan kesedihan saya kepada teman saya.
44. Saya mampu memilih waktu yang tepat untuk berkomunikasi dengan orang lain.
45. Saya kurang bisa mempertahankan kontak mata jika berbicara dengan orang lain.
46. Saya tidak peduli terhadap hak-hak orang lain.
47. Saya kurang suka bertanya kepada orang lain tentang hal yang tidak saya ketahui.
48. Saya bisa menceritakan kesedihan saya kepada teman saya.
49. Intensitas komunikasi saya dengan keluarga lebih banyak bila dibandingkan saya berkomunikasi dengan orang lain
50. Saya dapat menunjukan rasa empati kepada orang lain.
BAB IV
HASIL
Validitas
∑ Item Valid
Dari 50 item yang disebar, jumlah item valid yang didapat setelah try out adalah 16 item. Ini berarti item yang tidak valid atau gugur adalah 34 item.
∑ Item = 50
∑ Item valid = 16
∑ Item yang gugur = 34
Pergerakan Item Valid
Item yang pada penelitian ini bergerak dari 0, 300 yaitu nilai yang paling rendah dari 16 item yang valid ke nilai item yang paling tinggi yaitu 0, 438. Berikut adalah rincian pergerakan nilai item valid dalam bentuk tabel.
No.
No. Item Valid Nilai Item Valid
1 12 0, 300
2 50 0, 312
3 31 0, 317
4 46 0, 321
5 20 0, 323
6 7 0, 333
7 41 0, 338
8 17 0, 347
9 43 0, 347
10 40 0, 359
11 32 0, 362
12 26 0, 371
13 30 0, 377
14 14 0, 383
15 24 0, 406
16 35 0, 438
Reliabilitas
Reliabilitas yang didapatkan dari penelitian ini adalah 0, 381
Diketahui :
Nilai Tertinggi Skala = 5
Nilai Tengah Item Skala = 3
Nilai Terendah Skala = 1
∑ Item Valid = 16
Standar Deviasi ( SD )
= (( Nilai Tertinggi Skala ×Item Valid )–( Nilai Item Terendah ×Item Valid ))/6
= (( 5 ×16 )–( 1 ×16 ))/6
=(80 -16)/6= 64/6
=10,66
=10,7
Mean Hipotetik
=Nilai Tengah Item Skala ×Item Valid
=3 ×16
=48
BLUE PRINT SETELAH TRY OUT
No Ciri – Ciri Perilaku Asertif Item Total
Favoraibel Unfavoraibel
1 Menghormati Hak – Hak Orang Lain dan Diri Sendiri
1*, 16*, 21*, 36*, 41 6*, *11, 26, 31, 46 10
2 Berani Mengemukakan Pendapat
7, 17, 22*, 37*, 42* 2*, 12, 27*, 32, 47* 10
3 Kejujuran
3*, 8*, 18*, 28*, 48* 13*, 23*, 33*, 38*, 43 10
4 Memperhatikan Situasi dan Kondisi
9*, 24, 39*, 44*, 49* 4*, 14, 19*, 29*, 34* 10
5 Bahasa Tubuh
5*, 20, 25*, 35, 50 10*, 15*, 30, 40, 45* 10
Total 25 25 50
* = Item yang tidak valid
BLUE PRINT ITEM VALID
No Ciri – Ciri Perilaku Asertif Item Total
Favoriabel Unfavoriabel
1 Menghormati Hak – Hak Orang Lain dan Diri Sendiri
41 26, 31, 46 4
2 Berani Mengemukakan Pendapat
7, 17 12, 32 4
3 Kejujuran
43 1
4 Memperhatikan Situasi dan Kondisi
24 14 2
5 Bahasa Tubuh
20, 35, 50 30, 40 5
Total 8 9 16
Tidak ada komentar:
Posting Komentar